• Login
    View Item 
    •   Home
    • STUDENT RESEARCH ARTICLE (Artikel Penelitian Mahasiswa)
    • SRA-Humanities
    • View Item
    •   Home
    • STUDENT RESEARCH ARTICLE (Artikel Penelitian Mahasiswa)
    • SRA-Humanities
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    DIKSI DAN GAYA BAHASA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERIODE 2014–2019 DICTION AND STYLE OF LANGUAGE BY THE LEGISLATURE OF THE REPUBLIC INDONESIA 2014–2019 PERIOD

    Thumbnail
    View/Open
    NENCY UGI LESTARI.pdf (360.8Kb)
    Date
    2015
    Author
    UGI LESTARI, NENCY
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Bahasa politik adalah bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu untuk dan demi kepentingan  kekuasaan. Pembicaraan tentang politik adalah pembicaraan tentang kekuasaan, pengaruh, dan otoritas. Politisi menggunakan bahasa bukan hanya untuk menyatakan pendapat, melainkan juga untuk menyembunyikan pikiran, intervensi, provokasi, dan sebagainya. Bahasa dan kekuasaan merupakan dua aspek yang berkaitan. Seseorang menggunakan bahasa untuk mendapatkan kekuasaan. Namun, orang yang memiliki kekuasaan juga dapat mempengaruhi bahasa. Dengan nama kuasa, dengan mudah seseorang yang memiliki kekuasaan mempengaruhi massa untuk mengikuti dan menggunakan bahasa tersebut. Sidang Paripura anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (yang seterusnya disingkat DPR RI) merupakan salah satu objek yang tepat untuk mengetahui bahasa politik Indonesia, dengan meneliti diksi dan gaya bahasa yang digunakan. Data penelitian berupa tuturan yang dikemukakan oleh anggota dewan pada saat Sidang Paripurna. Analisis data menggunakan metode padan dengan pendekatan konstekstual. Selanjutnya, diperkuat dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis (yang seterusnya disingkat AWK). Hasil penelitian menunjukkan diksi yang digunakan anggota dewan dalam Sidang Paripurna, meliputi pilihan kata yang bermakna denotatif, konotatif, polisemi dan sinonimi. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa eufemisme, erotesis, koreksi, oksimoron, resmi, klimaks, repetisi, personifikasi, dan sindiran. Anggota DPR sering saling tuduh dan saling tuding dengan menggunakan gaya bahasa sindiran, untuk maksud mementingkan kepentingan individu dengan mengatasanamakan kepentingan rakyat. Mereka berusaha menyembunyikan kepentingan politik dengan gaya bahasa eufemisme. Anggota dewan atau fraksi yang memiliki kekuasaan tertinggi akan mendominasi keputusan.
    URI
    http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/68654
    Collections
    • SRA-Humanities [343]

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
     

     

    Browse

    All of RepositoryCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    LoginRegister

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository