dc.description.abstract | Ubur-ubur merupakan salah satu jenis hewan air yang mematikan yang dapat ditemui hampir di setiap samudera di dunia. Siklus hidup ubur-ubur terdiri dari polip dan medusa. Ubur-ubur melindungi diri dan memakan mangsanya dengan menggunakan racun yang terdapat dalam tubuhnya. Salah satu jenis ubur-ubur penyengat yang menjadi penyebab tersering kematian di Indonesia adalah spesies Physalia utriculus yang dikenal dengan nama Portuguese man-of-war (King et al., 2003). Physalia utriculus yang berukuran besar banyak ditemukan di Samudra Atlantik dan Laut Caribbean sedangkan Physalia utriculus yang berukuran kecil banyak ditemukan di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Racun Physalia utriculus diketahui dapat menyebabkan pelepasan kalium dari eritrosit dalam lima menit dilanjutkan dengan pecahnya eritrosit dalam dua puluh menit setelah masuknya racun ke dalam pembuluh darah (Yanagihara et al., 2012) . Racun Physalia utriculus menyebabkan berbagai gejala dari gejala local sampai gejala sistemik. Gejala local berupa lesi pada kulit yang muncul kurang dari lima menit setelah sengatan ubur-ubur. Lesi berupa eritema, pruritus, nyeri, bengkak, dan parastesi. Lesi juga dapat timbul terlambat, muncul beberapa hari setelah sengatan ubur-ubur berupa papul yang gatal. Gejala sistemik dapat muncul ketika terpapar racun ubur-ubur Physalia utriculus dalam dosis besar, berupa nyeri kepala, mual, lakrimasi, nasal discharge, vertigo, dan bisa mengarah ke syok anafilaktik (Alam dan Qasim, 1991).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh induksi racun ubur-ubur (physalia utriculus) terhadap perubahan gambaran morfologi eritrosit tikus wistar (in vivo) dan eritrosit manusia (in vitro). Jenis peneltian ini adalah eksperimen dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu in vivo dan in vitro. Sampel penelitian adalah eritrosit tikus wistar (in vivo) dan eritrosit manusia (in vitro) dan protein bovin serum sebagai kontrol (in vitro). Jumlah kelompok pada penelitian ini adalah 6 kelompok, yaitu 2 kelompok in vivo dan 4 kelompok in vitro. Kelompok K (in vivo) kontrol (tanpa pemberian racun Physalia utriculus, tikus wistar diinjeksi dengan larutan PZ). Kelompok P (in vivo) perlakuan dengan pemberian racun Physalia utriculus pada tikus wistar dengan dosis 30 mg/kgBB secara intraperitoneal. Kemudian kelompok K1 (in vitro) eritrosit tanpa pengenceran dipapar dengan protein bovin serum 300μg/mL, kelompok K2 (in vitro) eritrosit dengan pengenceran dipapar dengan protein bovin serum 300μg/mL. Kelompok P1 (in vitro) eritrosit tanpa pengenceran dipapar dengan racun Physalia utriculus 300μg/mL. Kelompok P2 (in vitro) eritrosit dengan pengenceran dipapar dengan racun Physalia utriculus 300μg/mL Pengamatan dilakukan menggunakan Inverted Microscope.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi racun ubur-ubur (Physalia utriculus) memiliki pengaruh terhadap perubahan gambaran morfologi eritrosit tikus wistar (in vivo) dan eritrosit manusia (in vitro) namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap paparan racun terhadap perubahan morfologi bagian internal eritrosit dengan menggunakan TEM (transmision electron microscope). Selain itu juga belum diketahui tentang dampak perubahan morfologi eritrosit terhadap fungsi eritrosit. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. | en_US |