Show simple item record

dc.contributor.advisorPuspitasari, Endah
dc.contributor.advisorNingsih, Indah Yulia
dc.contributor.authorErfani, Ichlasul Amalia
dc.date.accessioned2015-12-17T04:48:47Z
dc.date.available2015-12-17T04:48:47Z
dc.date.issued2015-12-17
dc.identifier.nim112210101060
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/67707
dc.description.abstractHemostasis merupakan proses penghentian pendarahan secara spontan pada pembuluh darah yang luka. Trombosis dapat terjadi di sirkulasi arteri atau vena. Trombosis pada arteri terjadi karena terdapat plak aterosklerosis yang dapat memicu terjadinya serangan jantung dan stroke. Trombosis pada vena terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah, emboli paru, dan sering terjadi setelah serangan jantung dan stroke. Data statistik WHO dalam laporan kesehatan dunia pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang. Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas antiplatelet. Aktivitas antiplatelet diduga disebabkan kandungan flavonoid, alkaloid, terpena, dan saponin. Pengujian aktivitas antiplatelet dilakukan dengan mengukur kekeruhan platelet rich plasma (PRP) sesudah diinduksi dengan adenosine diphosphate (ADP). Pengukuran dilakukan dengan membandingkan serapan plasma darah sebelum dan sesudah diinduksi ADP menggunakan spektrofotometer. Semakin besar penurunan serapan plasma, maka semakin banyak agregat platelet yang terbentuk. Seluruh hasil pengujian dianalisis menggunakan Kruskall Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil uji aktivitas antiplatelet menunjukkan terjadinya penurunan agregasi platelet dari kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol negatif 49,058 ± 3,815 %. Kelompok perlakuan dengan penambahan fraksi n-heksana daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 2; 1; 0,5, dan 0,25 mg/mL agregasi platelet masing-masing mengalami penurunan menjadi 13,584 ± 1,179; 20,544 ± 1,094; 29,017 ± 0,839; dan 37,011 ± 0,841 %. Penambahan fraksi kloroform daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 2; 1; 0,5; dan 0,25 mg/mL agregasi platelet masing-masing mengalami penurunan menjadi 12,267 ± 1,217; 18,375 ± 0,878; 26,177 ± 0,729; dan 35,286 ± 0,814 %. Penambahan fraksi etanol daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 2; 1; 0,5; dan 0,25 mg/mL agregasi platelet masing-masing mengalami penurunan menjadi 8,358 ± 1,276 ; 14,864 ± 0,697; 20,109 ± 1,259; dan 30,031 ± 0,566 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksana, kloroform, dan etanol daun belimbing wuluh memiliki aktivitas sebagai antiplatelet yang ditandai dengan penurunan presentase agregasi platelet. Aktivitas antiplatelet yang memiliki potensi tertinggi terjadi pada penambahan fraksi etanol 2 mg/mL agregasi platelet sebesar 8,358 ± 1,276 % dibandingkan dengan penggunaan kontrol positif (Asetosal 1 mg/mL), yang memiliki persen agregasi sebesar 5,447 ± 1,219 %. Aktivitas antiplatelet yang memiliki potensi terendah terjadi pada penambahan fraksi n-heksana 0,25 mg/mL dimana persen agregasinya 37,011 ± 0,841 %.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectAntiplateleten_US
dc.subjectHemostasisen_US
dc.subjectEtanol Daun Belimbing Wuluhen_US
dc.titleUJI AKTIVITAS ANTIPLATELET FRAKSI N-HEKSANA, KLOROFORM, DAN ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) IN VITROen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record