Show simple item record

dc.contributor.advisorNurahmanto, Dwi
dc.contributor.advisorAmeliana, Lidya
dc.contributor.authorAstika, Novia Danis
dc.date.accessioned2015-12-16T07:24:27Z
dc.date.available2015-12-16T07:24:27Z
dc.date.issued2015-12-16
dc.identifier.nim112210101027
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/67615
dc.description.abstractKetoprofen merupakan nonsteroidal anti inflammatory drug (NSAID) yang kuat, tidak selektif siklooksigenase 2 (COX2) dan praktis tidak larut dalam air. Obat ini biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan muskuloskeletal seperti osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Efek samping ketoprofen per oral adalah pada gastrointestinal (GIT) dengan keluhan seperti mual dan dispepsia. Pada beberapa tahun terakhir ini, mikroemulsi menjadi perhatian besar yang telah digunakan secara luas, khususnya transdermal. Penghantaran obat secara transdermal merupakan suatu sistem yang menghantarkan obat melewati kulit menuju sirkulasi sistemik dengan kecepatan yang terkontrol. Pemberian obat secara transdermal dapat menghindari first pass metabolism serta mencegah iritasi pada saluran cerna dan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien. Jadi, mikroemulsi dapat digunakan untuk rute alternatif selain per oral dan diharapkan mampu mengatasi kelemahan dari ketoprofen. Mikroemulsi tersusun atas air, minyak, dan surfaktan, serta merupakan salah satu bentuk sediaan yang bisa diberikan secara transdermal. Kelebihan dari sediaan mikroemulsi dengan penghantaran transdermal, adalah kontak mikroemulsi dengan kulit lebih lama, bahan-bahan tambahan dapat disesuaikan sesuai dengan target obat, karena surfaktan dan kosurfaktan dapat dengan mudah disesuaikan dalam mikroemulsi sehingga dapat mengurangi barrier difusi stratum corneum yang berperan sebagai enhancer. Pada penelitian yang dilakukan oleh Basheer et al., (2013), pembuatan mikroemulsi dapat menggunakan kombinasi antara surfaktan dan kosurfaktan, sehingga dalam penelitian ini dilakukan pembuatan mikroemulsi ketoprofen dengan menggunakan kombinasi antara surfaktan tween 80 dan kosurfaktan ix etanol 96%. Pada penelitian ini formula yang dibuat ditambahkan surfaktan tween 80 yang semakin meningkat. Peningkatan tween 80 pada formula mikroemulsi ketoprofen diuji mutu dan stabilitas fisik (viskositas dan pH) sediaan. Data hasil pengujian stabilitas sediaan mikroemulsi ketoprofen dengan metode heating-cooling cycle dilakukan pengujian paired t-test dan didapatkan bahwa viskositas F1 dan F2 menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan nilai signifikansi sebesar 0,020 dan 0,023 (p<0,025) dan nilai signifikansi F3 sebesar 0,057 (p>0,025) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna. Pada F3 hasil pengujian viskositas sediaan mikroemulsi ketoprofen terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan karakteristik viskositas mikroemulsi meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna. Hasil pengujian pH didapatkan bahwa F1 dan F2 mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,453 dan 0,027 (p>0,025) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna, sedangkan pada F3 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,003 (p<0,025) yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi ketoprofen yang paling stabil adalah F1 dengan konsentrasi tween 80 sebanyak 21%. Pada F1 nilai viskositas sediaan mikroemulsi setelah pengujian stabilitas yaitu 0,83 dPa.s dengan nilai pH 4,37. Mikroemulsi ketoprofen yang dihasilkan berwarna kuning, berbau khas tween 80 dan jernih. Rata-rata ukuran partikel mikroemulsi ketoprofen yaitu 22,7 nm, nilai zeta potensial sebesar -0,1 mV, indeks polidispersitas mikroemulsi sebesar 0,488, dan bentuk droplet mendekati sferis.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKetoprofenen_US
dc.subjectSurfaktan Tween 80en_US
dc.subjectMikroemulsien_US
dc.titlePENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 80 TERHADAP SIFAT MUTU FISIK STABILITAS MIKROEMULSI KETOPROFENen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record