Show simple item record

dc.contributor.advisorElfiah, Ulfa
dc.contributor.advisorSofiana, Kristianningrum Dian
dc.contributor.authorJulianto, I Gede Prima
dc.date.accessioned2015-12-07T03:10:13Z
dc.date.available2015-12-07T03:10:13Z
dc.date.issued2015-12-07
dc.identifier.nim112010101070
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66796
dc.description.abstractDiabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes adalah luka diabetik. Luka diabetik dikarakteristikkan sebagai luka kronis yang memiliki waktu penyembuhan lama. Etiologi dari luka diabetes antara lain diabetik neuropati (kerusakan saraf) dan peripheral vascular desease. Apabila menggunakan perawatan luka standar, lama waktu penyembuhan luka diabetik dapat mencapai 12-20 minggu (Alhidayah, 2014). Lamanya waktu penyembuhan luka maka biaya perawatannya juga semakin tinggi. Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam pengobatan diabetes dan komplikasinya, maka perlu untuk mencari alternatif obat yang murah dan mudah dalam penggunaanya, misalnya obat yang berasal dari tanaman. Tanaman obat asli indonesia yang diduga dapat digunakan sebagai obat untuk diabetes melitus dan peyembuh luka yaitu bidara upas (Merremia mammosa (Lour)). Dalam Merremia mammosa terkandung senyawa alkaloid, tanin, polifenol, dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan bahwa ekstrak umbi bidara upas mempunyai pengaruh terhadap kadar gula dan luas penyembuhan luka pada tikus wistar jantan hiperglikemi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah true experimental design dengan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Design yang di laboratorium Biologi dan Bioteknologi Fakultas Farmasi. Sampel penelitian adalah hewan coba tikus strain wistar jantan usia dua bulan dengan berat 200-250 gr sejumlah 20 ekor yang pengambilan sampelnya dilakukan secara randomisasi. Jumlah perlakuan pada penelitian ini adalah 4 perlakuan sehingga tikus wistar jantan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol negative (P1) yang diberi aloksan dengan dosis 125mg/kgBB, dibuat luka insisi dengan luas luka 4cm2 dan hanya diberi NaCl. Kelompok perlakuan P2 dengan pemberian aloksan 125mg/kgBB, dibuat luka insisi dengan luas luka 4cm2, dan diolesi ekstsrak umbi bidara upas secara topikal dengan dosis 100mg. Kelompok perlakuan P3 dengan pemberian aloksan 125mg/kgBB, dibuat luka insisi dengan luas luka 4cm2, dan diolesi ekstsrak umbi bidara upas secara topikal dengan dosis 200mg. Kelompok perlakuan P4 dengan pemberian aloksan 125mg/kgBB, dibuat luka insisi dengan luas luka 4cm2, dan diolesi ekstsrak umbi bidara upas secara topikal dengan dosis 400mg. Penelitian dilakukan selama 21 hari, dimana untuk pengambilan data dilakukan pada hari 1 (sehari setelah pembuatan luka insisi dan pemberian ekstrak), hari ke 3, hari ke 5, hari ke 7, hari ke 14, dan hari ke 21. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis ekstrak Bidara Upas (Merremia mammosa) yang diberikan pada tikus dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula dan luas penyembuhan luka. Jika data yang didapatkan normal dan homogen dianalisis dengan metode Parametrik dan akan dilanjutkan dengan uji beda LSD, jika data tidak normal dan homogen maka akan dianalisis dengan metode non pareametrik yang nantinya akan dilanjutkan dengan uji beda Mann Whitney. Pada penelitian ini didapatkan penurunan luas luka dari hari ke 1, 3, 5, 7, 14, dan 21. Presentase penurunan luas luka yang paling besar terdapat pada kelompok dosis 400, disusul kelompok dosis 200 dan kelompok dosis 100. Penurunan luas luka yang paling rendah terdapat pada kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan NaCl 0,9%. Pada analisis analitik pada hari ke 1, 3, 5, 7, 14 dan 21 didapatkan nilai p masing-masing yaitu 0,049, 0,001, 0,000, 0,002, 0,004 dan 0,000. Dari nilai tersebut didapatkan p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak Merremia mammosa (Lour) terhadap penurunan luas luka pada tikus wistar jantan hiperglikemi. Hasil ini diperkuat saat dilakukan uji beda di hari 1, 3, 5, 7, 14 dan 21 dari tiap kelompok, dimana didapatkan perbedaan yang bermakna antar kelompok. Hal ini terjadi karena flavonoid dalam bidara upas dapat berperan sebagai antiinflamasi dengan merangsang makrofag untuk menghasilkan growth factor yang nantinya akan merangsang fibroblas menghasilkan kolagen dan keratinosit dalam proses penutupan luka. Analisis pada kadar gula tidak temukan adanya penurunan yang bermakna pada data di hari 1, 3, 5, 7, 14 maupun 21, dimana semua nilai p yang di dapat lebih dari 0,05. Artinya, tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak Merremia mammosa secara topikal terhadap kadar gula.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectEkstrak Umbi Bidara Upas (Merremia mammosa (Lour)en_US
dc.subjectKadar Gula Darahen_US
dc.subjectLuas Penyembuhan Lukaen_US
dc.subjectTikus Wistar Jantan Hiperglikemien_US
dc.titlePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK UMBI BIDARA UPAS (Merremia mammosa (Lour)) SECARA TOPIKAL TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN LUAS PENYEMBUHAN LUKA PADA TIKUS WISTAR JANTAN HIPERGLIKEMIen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record