Show simple item record

dc.contributor.advisorMuslichah, Siti
dc.contributor.advisorUlfa, Evi Umayah
dc.contributor.authorDewi, Elisa Nur Afrida
dc.date.accessioned2015-12-03T08:53:01Z
dc.date.available2015-12-03T08:53:01Z
dc.date.issued2015-12-03
dc.identifier.nim112210101020
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66273
dc.description.abstractKondisi kulit yang terlihat lebih gelap dan timbulnya beberapa noda hitam di bagian tertentu pada wajah terjadi karena distribusi melanin yang tidak merata atau produksi melanin yang belebihan dan sering disebut hiperpigmentasi. Enzim yang berperan dalam pembentukan melanin adalah tirosinase. Salah satu cara menghambat pembentukan melanin adalah dengan menghambat aktivitas enzim tirosinase. Isoflavon dalam biji kedelai seperti daidzein, glisitein, genistein, dan bentuk isoflavon lainnya memiliki aktivitas hambatan terhadap enzim tirosinase. Edamame atau disebut sebagai kedelai sayur termasuk dalam spesies Glycine max dengan varietas yang berbeda. Banyak penelitian aktivitas hambatan tirosinase pada kedelai, tetapi penelitian hambatan tirosinase pada edamame belum pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat pengaruh perbedaan metode ekstraksi terhadap kadar genistein dan aktivitas hambatan tirosinase ekstrak edamame. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode sonikasi, maserasi kinetik, dan soxhletasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah mengekstraksi biji edamame, penetapan kadar genistein dan penentuan aktivitas hambatan tirosinase pada masing-masing ekstrak. Penetapan kadar genistein dalam ekstrak menggunakan metode KLT Densitomeri dan penentuan aktivitas hambatan tirosinase menggunakan metode spektrofotometri menggunakan multi-well plate reader. Penetapan kadar genistein menggunakan KLT Densitometri dengan fase diam silika Gel 60 F254 dan fase gerak toluen : etil asetat : aseton : asam format (15:3:1,5:0,75). Hasil menunjukkan kadar genistein yang tertinggi adalah edamame yang diekstraksi menggunakan metode soxhletasi dengan kadar 0,0436 ± 1,012 % b/b, selanjutnya sonikasi 0,0252 ± 2,066 % b/b dan terakhir adalah maserasi kinetik 0,0167 ± 1,931 % b/b. Metode soxhletasi memberikan hasil kadar genistein paling tinggi karena adanya pemanasan pada saat proses ekstraksi, sedangkan dua metode lainnya menggunakan suhu ruang saat proses ekstraksi. Pemanasan saat ekstraksi mampu mengubah bentuk isoflavon malonil, asetil, dan glikosida isoflavon menjadi bentuk aglikon. Hasil uji aktivitas hambatan pada masing-masing ekstrak, metode soxhletasi memberikan aktivitas hambatan paling tinggi dengan nilai IC50 77,112 ± 2,626 ng/μL, selanjutnya adalah metode sonikasi 92,795 ± 1,994 ng/μL, dan yang terakhir adalah metode maserasi kinetik 98,794 ± 2,919 ng/μL. Hasil aktivitas hambatan tirosinase yang diperoleh linier dengan hasil penetapan kadar genistein pada masing-masing metode. Semakin tinggi kadar genistein dalam ekstrak maka nilai hambatan tirosinase juga semakin tinggi yang ditunjukkan dengan nilai IC50 semakin kecil. Tidak hanya kandungan genistein saja dalam ekstrak edamame yang memiliki aktivitas hambatan tirosinase, tetapi bentuk aglikon yang lain seperti daidzein, glisitein dan isoflavon bentuk glukosida juga memberikan aktivitas hambatan tirosinase.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPerbedaan Metode Ekstraksien_US
dc.subjectKadar Genisteinen_US
dc.titlePengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Terhadap Kadar Genistein dan Aktivitas Hambatan Tirosinase Edamame (Glycine max) In Vitroen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record