dc.description.abstract | Proses sterilisasi saluran akar merupakan salah satu tahap penting dalam perawatan
saluran akar. Proses ini bertujuan untuk mematikan sisa-sisa kuman yang ada
di dalam saluran akar dan tubuli dentin yang tidak dapat dicapai pada waktu preparasi
kemomekanis saluran pulpa. Persistensi infeksi bakteri pada saluran akar yang sudah
diisi akan menghambat penyembuhan pada daerah apikal. Salah satu bakteri yang
persisten di saluran akar adalah Enterococcus faecalis (E.faecalis). E. faecalis merupakan
spesies bakteri yang paling besar persentase keberadaannya dalam saluran akar
(Gajan et al., 2009; 26).
Obat saluran akar yang digunakan pada proses sterilisasi saluran akar ada beberapa
macam, umumnya yang sering digunakan adalah kalsium hidroksida. Kalsium
hidroksida mulai ramai digunakan pada tahun 1920-an hingga sekarang. Obat ini
mampu membunuh mikroorganisme karena pH-nya yang tinggi, merangsang
penyembuhan jaringan keras sekitar gigi dengan saluran akar yang terinfeksi, pencegahan
resorpsi dan merangsang penyembuhan periapikal setelah adanya trauma
(Athanassiadis et al., 2007; 585-586).
Salah satu bahan yang dapat membasmi mikroorganisme dan dapat menciptakan
daerah steril pada saluran akar adalah 3 MIX MP. Komposisi dari 3 MIX MP terdiri
dari siprofloksasin, metronidazole, dan minosiklin dan media perantaranya
(carier/vehicle) berupa makrogol dan propilen glikol. Campuran obat ini memiliki
sifat antibakteri yang dapat menghambat semua pertumbuhan bakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya hambat antara 3 MIX MP dan kalsium
Hidroksida terhadap E. faecalis.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah the one-group-posttest-only design.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Pada penelitian ini digunakan sampel
sebesar 16 sampel untuk masing-masing obat dengan menggunakan metode sumuran
pada media untuk mengetahui daya hambatnya terhadap E. faecalis. Daya hambat
kedua obat diukur pada hari ke-1, hari ke-3, hari ke-5, dan hari ke-7 dari perlakuan
dengan menggunakan jangka sorong dan diamati oleh 3 pengamat. Data diproses
dengan uji normalitas serta uji homogenitas. Data kemudian diuji dengan uji nonparametrik
Kruskal Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U untuk
mengetahui kelompok mana yang berbeda.
Dari uji yang dilakukan, terdapat perbedaan yang signifikan antara 3 MIX MP
dan kalsium hidroksida pada hari ke 1, 3, dan 5 dan tidak terdapat perbedaan pada
hari ke-7. 3 MIX MP lebih efektif daripada kalsium hidroksida karena 3 MIX MP
mengandung 3 antibiotik yang bekerja baik untuk membunuh bakteri dan didukung
oleh carier/vehicle yang dapat berpenetrasi dengan baik pada media, sedangkan untuk
kalsium hidroksida tidak terdapat daya hambat mulai hari pertama hingga ketujuh
kemungkinan disebabkan keadaan media yang padat akan membuat kemampuan
difusi dari pasta kalsium hidroksida menjadi lebih sulit. Pada metode Agar diffusion
test, pH bahan, periode inkubasi, toksisitas dan sensitifitas bahan akan mempengaruhi
aktivitas antibakteri yang ditimbulkan (Dumani et al., 2012; e6-e7). pH juga
mempengaruhi kemampuan kalsium hidroksida dalam membunuh E. faecalis. pH
kalsium hidroksida yang efektif untuk membunuh E. faecalis dimulai dari pH 11,5
(Evan et al., 2002; 222). Sedangkan untuk Metapex, mencapai pH tertinggi yaitu 9,45
saja, hal ini dikarenakan carier Metapex berupa silikon yang berbasis minyak yang
memiliki solubilitas dan difusi yang terendah terhadap jaringan (Jayasudha et al.,
2012; 18). Kemampuan solubilitas dan difusi yang rendah, akan menyebabkan
kalsium hidroksida sulit untuk mencapai pH maksimal dalam waktu yang singkat. | en_US |