dc.description.abstract | Perkembangan lembaga keuangan syariah tentu harus diikuti pula dengan
perkembangan kualitas dari sumber daya insani (SDI) di dalamnya. Sumber daya
Insani (SDI) sebagai motor penggerak jalannya perusahaan akan menjadikannya
sebagai penentu tingkat keberhasilan jalannya sistem yang ada di dalam
perusahaan tersebut. Dengan demikian, lembaga keuangan syariah harus
senantiasa mengembangkan nilai kualitas dan kuantitas sumber daya insani yang
dimilikinya melalui kegiatan perekrutan, seleksi, pelatihan dan sebagainya. Pola
adopsi oleh teori akuntansi syariah terhadap akuntansi kapitalis telah
menyebabkan seluruh pengeluaran lembaga keuangan syariah yang berhubungan
dengan pengembangan kuantitas dan kualitas sumber daya insani (SDI)
dikategorikan sebagai bentuk beban (expense). Perlakuan akuntansi tersebut
dinilai kurang tepat, karena pada kenyataannya kegiatan pengembangan kuantitas
dan kualitas sumber daya insani memiliki masa manfaat yang lebih dari satu
periode. Oleh karena itu, sangat relevan jika sumber daya insani dikategorikan
sebagai kelompok asset dan modal perusahaan untuk disajikan dalam neraca.
Akuntansi sumber daya insani merupakan teknologi yang dapat membantu
perusahaan dalam proses penghitungan atau pengukuran nilai sumber daya insani,
sehingga perusahaan dapat menentukan besarnya nilai sumber daya insani (SDI)
yang harus disajikan dalam neraca. Akuntansi sumber daya insani dapat dijadikan
sarana untuk mewujudkan konsep islamic enterprice theory, karena dapat
menghasilkan laporan keuangan yang lebih lengkap dan berguna bagi pihak
internal dan eksternal perusahaan. Selain itu, akuntansi sumber daya insani
(ASDI) dapat menjadi sarana guna menunjukkan tingkat profesionalitas
perusahaan berdasarkan kualitas karyawan yang tentunya akan menjadi salah satu
bahan pertimbangan penilaian stakeholder. | en_US |