dc.description.abstract | Kanker mammae merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker serviks. Data dari Pathological Based Registration pada tahun 2005, menunjukkan bahwa kanker mammae di Indonesia mencapai 20.000 kasus baru per tahun. Pada umumnya, tubuh akan melakukan immunosurveilance terhadap sel-sel yang bermutasi untuk mencegah terjadinya kanker mammae, tetapi terkadang terjadi immunological escape, yaitu kegagalan sistem imun untuk mendeteksi sel yang bermutasi sehingga dapat berkembang menjadi sel kanker. Hal ini berkaitan erat dengan lemahnya sistem imun.
Sistem imun merupakan sistem pertahanan tubuh yang mampu mengenali dan melawan sel kanker. Sel imun yang berperan untuk melawan sel kanker adalah Cytotoxic T Lymphocyte (CTL), sel natural killer (NK) dan makrofag. CTL dan sel NK melakukan sitotoksisitas dengan mengeluarkan perforin dan protease yang disebut granzim, sedangkan makrofag menggunakan cara fagositosis. Makrofag dapat melakukan aktivitas fagositosis setelah mengalami aktifasi oleh Interferon - γ (IFN-γ) dan Macrophage Activation Factor ( MAF). Adanya IFN-γ dan MAF antara lain dipengaruhi oleh isoflavon di dalam tubuh. Salah satu bahan alami yang mengandung isoflavon dan berpotensi untuk meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag adalah tepung tempe kedelai. Senyawa isoflavon dalam tempe kedelai dapat meningkatkan proliferasi dan maturasi sel T yang akan mensekresikan limfokin berupa IFN-γ dan MAF. Limfokin inilah yang akan meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak tepung tempe kedelai terhadap aktivitas fagositosis makrofag mencit yang diinokulasi sel kanker mammae menggunakan pengujian latex beads. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan hewan uji berupa mencit betina strain C3H sebanyak 18 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok Kontrol Negatif (mencit kontrol normal), Kontrol Positif (mencit kontrol bertumor), kelompok D1 (0,8 g tepung tempe), D2 (1,6 g tepung tempe), D3 (2,4 g tepung tempe) dan D4 (3,2 g tepung tempe). Parameter pengamatan yang dilakukan adalah jumlah makrofag aktif, jumlah latex beads yang difagosit oleh makrofag dan indeks fagositosis makrofag.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kontrol dan perlakuan pada jumlah makrofag aktif, jumlah latex beads yang difagosit oleh makrofag dan indeks fagositosis makrofag, sedangkan antar perlakuan tidak berbeda nyata. Peningkatan rata-rata tertinggi terdapat pada dosis 2,4 g dengan jumlah makrofag aktif sebesar 95,33 per 100 sel makrofag, jumlah latex beads yang difagosit oleh makrofag sebesar 475,67 per 100 sel makrofag, serta indeks fagositosis makrofag sebesar 4,76. | en_US |