dc.description.abstract | Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Hal ini karena tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk warga Indonesia sebesar 1,49 % setiap tahun. Bila saat ini jumlah penduduk di Indonesia 240 juta jiwa, diperkirakan terjadi penambahan 10.000 bayi lahir setiap hari. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan mempengaruhi tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk. Hal ini yang memicu pemerintah Indonesia mencanangkan program untuk membatasi pertumbuhan penduduk. Salah satunya dengan KB dan kontrasepsi. Kontrasepsi pria yang umum digunakan saat ini adalah kondom dan vasektomi. Kedua kontrasepsi tersebut memiliki kelemahan antara lain, kontrasepsi kondom memberikan ketidaknyamanan pada pasangan, vasektomi menyebabkan terjadinya gangguan pada imunoglobulin. Oleh karena itu diperlukan alat kontrasepsi yang memenuhi syarat-syarat antara lain: dapat menimbulkan keadaan azoospermia total, mudah digunakan, tidak menimbulkan efek samping dan efek toksik, tidak mengganggu libido maupun perilaku seksual serta bersifat reversible. Berdasarkan alasan tersebut maka dikembangkan alternatif kontrasepsi pria dari bahan herbal. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tanaman yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi adalah biji pepaya (Carica papaya Linn) dan biji saga (Abrus precatorius).
Pada penelitian ini kedua tanaman tersebut dikombinasikan dan diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap histopatologi hati. Hati merupakan organ penting dalam tubuh manusia. Terkait dengan penggunaan tanaman tersebut, harus diperhatikan juga ada tidaknya pengaruh toksik di dalamnya. Kedua tanaman tersebut dikombinasikan dan diberikan pada tikus berkelamin jantan galur Wistar, berat badan 200-250 gram berumur 2-3 bulan yang terbagi atas 1 kelompok kontrol yang diberi perlakuan dengan suspensi Na-CMC 1 % dan 4 kelompok perlakuan dengan kombinasi dosis fraksi metanol biji saga : fraksi kloroform biji pepaya masing-masing adalah 75 mg/kg BB : 100 mg/kg BB; 50 mg/kg BB : 100 mg/kg BB; 75 mg/kg BB : 50 mg/kg BB; 50 mg/kg BB : 50 mg/kg BB, masing masing sebanyak 5 ekor tikus. Perlakuan dilakukan selama 28 hari kemudian 5 ekor tikus dari masing-masing kelompok dibedah untuk pengambilan organ hati untuk memperoleh hasil gambaran histopatologi, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi fraksi metanol biji saga dengan fraksi kloroform biji pepaya terhadap histopatologi hati pada tikus jantan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik menggunakan uji Kruskall-Wallis yang bertujuan untuk mengetahui efek kombinasi fraksi kloroform biji pepaya dengan fraksi metanol biji saga dengan perbandingan dosis yang telah ditentukan terhadap gambaran histopatologi hati tikus jantan. Kemudian digunakan uji Mann-whitney untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan. Gambaran histopatologi hati dianalisis secara deskriptif kemudian diklasifikasikan menurut Metode Knodell score.
Hasil skor kerusakan hati tiap kelompok diketahui skor kelompok P0, P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 1, 2, 1, 1 dan 1. Hasil uji Kruskall-Wallis memperlihatkan nilai signifikansi pada total kerusakan hati p = 0,045 (p<0,05). Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p<0,05 untuk kelompok P1 terhadap P0 dengan signifikansi 0,014. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan kombinasi fraksi metanol biji saga dengan fraksi kloroform biji pepaya tidak terjadi kerusakan yang bersifat irreversible, dan kombinasi fraksi kloroform biji pepaya 50 mg/kgBB dengan fraksi metanol biji saga 50 mg/kgBB memiliki kerusakan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain. | en_US |