dc.contributor.advisor | Siti Muslichah, S.Si., M.Sc., Apt. | |
dc.contributor.advisor | Endah Puspitasari, S.Farm., M.Sc., Apt. | |
dc.contributor.author | PRAVITASARI, Rahmah | |
dc.date.accessioned | 2015-11-19T08:26:18Z | |
dc.date.available | 2015-11-19T08:26:18Z | |
dc.date.issued | 2015-11-19 | |
dc.identifier.nim | 112210101052 | |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/64672 | |
dc.description.abstract | Pertambahan populasi penduduk yang tidak terkendali merupakan salah satu permasalahan Indonesia.Untuk mengendalikan pesatnya pertumbuhan, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya yakni dengan mencanangkanprogram KB dan penggunaan kontrasepsi.Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tanaman yang dapat digunakan sebagai kontrasepsipria adalah biji pepaya (Carica papaya) dan biji saga (Abrus precatorius).Penelitian sebelumnyamemberikan hasil bahwa biji pepayayang memberikanefek antifertilitas optimaladalah fraksi kloroform dosis 100 mg/kg BB, sedangkan fraksi yang paling aktif dari biji saga adalah fraksi metanol biji saga dosis 75 mg/kg BB.Kedua fraksi tersebut kemudian dikombinasikan untuk mengetahui apakah kombinasi kedua biji tersebut dapat berpengaruh terhadap kadar hormon testosteron dan berat organ reproduksi tikus jantan.
Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian true experimental.Tikus jantan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (CMC-Na 1%), kelompok perlakuan 100 mg/kgBB fraksi kloroform biji pepaya : 75 mg/kgBB fraksi metanol biji saga, kelompok perlakuan 100 mg/kgBB fraksi kloroform biji pepaya : 50 mg/kgBB fraksi metanol biji saga, kelompok perlakuan 50 mg/kgBB fraksi kloroform biji pepaya : 75 mg/kgBB fraksi metanol biji saga, dan kelompok perlakuan 50 mg/kgBB fraksi kloroform biji pepaya : 50 mg/kgBB fraksi metanol biji saga. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 tikus.Seluruh kelompok diberi perlakuan secara per oral selama 28 hari. Pada hari ke-29, dilakukan pembedahan untuk mengambil organ testis, epididimis, vesika seminalis, dan prostat tikus jantan serta pengukuran kadar hormon testosteron. Hasil penelitian diuji statistik. Jika data
normal dan homogen diuji menggunakan One-Way Anova dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test LSDuntuk mengetahui adanya perbedaan antar perlakuan. Jika data yang diperoleh tidak normal dan homogen maka diuji menggunakan Kruskal-Wallis Testdan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Mann-Whitney untuk untuk mengetahui adanya perbedaan antar perlakuan.
Hasil pengukuran kadar hormon testosteron menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap kadar hormon testosteron. Begitu juga dengan hasil berat organ reproduksi yang dihasilkan.Semua kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan yang bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa meskipun secara makroskopis kadar hormon testosteron dan bobot organ reproduksi tidak dipengaruhi oleh kombinasi fraksi yang diberikan, perlu dilakukan penelitian lebih jauh untuk melihat efek antifertilitas secara keseluruhan misalnya kerusakan pada testis, pengaruh terhadap libido, dan juga kualitas dan kuantitas sperma yang dihasilkan. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.subject | FRAKSI KLOROFORM BIJI PEPAYA | en_US |
dc.subject | CARICA PAPAYA | en_US |
dc.subject | FRAKSI METANOL BIJI SAGA | en_US |
dc.subject | ABRUS PRECATORIUS | en_US |
dc.subject | HORMON TESTOSTERON | en_US |
dc.title | Pengaruh Pemberian Kombinasi Fraksi Kloroform Biji Pepaya (Carica Papaya) dengan Fraksi Metanol Biji Saga (Abrus Precatorius) terhadap Kadar Hormon Testosteron dan Berat Organ Reproduksi Tikus Jantan | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |