dc.description.abstract | Produksi kedelai pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 927,38 ribu ton biji kering, menurun sebanyak 47,13 ribu ton (4,84 %) dibandingkan tahun 2009 (BPS, 2010) belum mengimbangi kebutuhan masyarakat akan kedelai. Salah satu faktor pembatas dalam budidaya kedelai, yakni kehadiran hama dan penyakit. Untuk menanggulangi faktor pembatas tersebut pemerintah berupaya untuk mengurangi kerugian akibat penyakit salah satunya yaitu dengan melakukan pemuliaan tanaman kedelai sehingga didapatkan genotipe baru yang tetuanya bersifat baik dari aspek produksi maupun tahan tehadap penyakit, sehingga kebutuhan masyarakat terhadap kedelai diharapkan dapat terpenuhi. Sebelum genotipe baru dilepas ke petani, perlu diuji terlebih dahulu salah satunya sifat ketahanan terhadap penyakit utama yaitu karat daun. Percobaan dilakukan di lapang, menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga kali ulangan, uji yang digunakan yakni pemangamatan intensitas penyakit karat daun, dan pengamatan metode IWGSR (International Working Group Soybean Rust) sehingga didapatkan karasteristik kedelai terhadap ketahanan penyakit utama karat daun. Hasil penelitian menunjukkan genotipe 2x3 dan 3x1 dapat digunakan sebagai genotipe terpilih dari hasil seleksi tanaman tahan karat berdasarkan uji IWGSR pada minggu ke 11 dan ke 12. Kedua genotipe tersebut akan dilanjutkan ujinya pada F3 untuk mengetahui konsistensinya terhadap ketahanan terhadap karat daun kedelai. Hasil penelitian tahun ke-2 sebagai berikut: Keturunan persilangan 3x2, 4x1 memiliki sifat tahan karat (hasil uji IWGSR pada blok 1 tahan, blok 2 tahan, dan blok 3 agak tahan.Intensitas penularan penyakit karat daun pada pengamatan pertama (27-10-2014) agak tahan, pengamatan kedua (3-11-2014) agak tahan, dan pengamatan ke tiga (10-11-2014) agak rentan.Nilai heritabilitasnya berkisar dari sedang sampai dengan tinggi. Nilai respon seleksinya berkisar dari kecil sampai dengan sedang.
Kata kunci : Kedelai, Laju Infeksi, Karat Daun, IWGSR | en_US |