dc.description.abstract | Menjadi petani tembakau sangat rentan dengan gejala GTS (Green Tobacco Sickness) yaitu penyakit yang dapat disebabkan oleh penyerapan nikotin melalui kulit saat petani bekerja di lahan tembakau yang basah. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun pertama oleh Rokhmah (2013) tentang Faktor Risiko GTS pada Petani Tembakau menyebutkan bahwa terdapat 66 % petani tembakau yang mengalami gejala GTS. Hal ini diperkuat oleh penelitian Chifdillah (2012) yang menyebutkan bahwa sebagian besar petani tembakau (54,7%) memiliki status kesehatan fisik yang kurang baik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dengan metode uji laboratorium dengan pendekatan cross sectional guna mengetahui insidens dan perilaku pencarian penyembuhan GTS, dengan cara memeriksa sampel darah guna mengetahui kadar kotinin dalam darah serta dengan wawancara menggunakan kuisioner. Populasi penelitian ini adalah petani tembakau dari 2 kecamatan di Kabupaten Jember yaitu Kecamatan Mayang dan Kalisat, yang diambil sampelnya secara Random berjumlah 120 responden, pada bulan April sampai Desember 2014. Variabel terikat pada penelitian ini adalah insidens kejadian GTS dan perilaku pencarian penyembuhannya pada petani tembakau. Variabel bebasnya adalah karakteristik individu. Data yang sudah terkumpul akan dianalisis menggunakan crosstab dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sebagian besar sudah menikah dan berusia lebih dari 50 tahun, telah bekerja sebagai petani tembakau lebih dari 10 tahun yaitu, memiliki pendapatan yang rendah (dibawah UMR kabupaten Jember sebesar Rp 1.095.000,00 per bulan), berpendidikan SD dan bukan berstatus sebagai perokok. Sebagian besar responden memiliki kadar kotinin dalam darah sebesar 13,64 mg/ml. Kadar kotinin dari petani tembakau di Kabupaten Jember sudah melebihi ambang batas normal, dan hal ini menjadi indikator terjadinya gejala Green Tobacco Sickness (GTS) pada petani tembakau di Kabupaten Jember. Hasil pengujian statistik menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku higiene personal dengan gejala GTS pada petani tembakau, yaitu dengan besar p=0,023, terdapat hubungan antara Gejala GTS (mual) dengan Kadar Kotinin pada Petani Tembakau, yaitu dengan nilai p=0,025. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara Gejala GTS (Sesak Napas) dengan Kadar Kotinin pada Petani Tembakau yaitu dengan nilai p=0,002.
Perilaku pencarian pengobatan gejala GTS pada petani tembakau sebagian besar dengan keterangan frekwensi selalu dilakukan adalah berurutan dari prosestase terbesar adalah : menggunakan obat-obatan kimia dengan membeli di apotik atau toko obat sebesar 60%, kemudian urutan kedua adalah mengobati sendiri seperti dilakukan oleh para leluhur sebesar 38,3%, urutan ketiga adalah pergi ke dokter atau bidan sebesar 35%, urutan ke empat adalah pergi kerumah sakit (26,7%), dan urutan yang kelima adalah mengobati dengan obat-obatan tradisional. | en_US |