PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEDESAAN BERBASIS KOPI MENUJU PRODUK SPECIALTY KABUPATEN JEMBER
Date
2015-08-31Author
Yuli Hariyati
sugeng Rahato
Bambang Marhaenanto
sofia
Joko Sumarno
Metadata
Show full item recordAbstract
Peluang pengembangan diversifikasi olahan kopi antara lain : tingginya permintaan produk kopi dan olahannya, terbukanya Negara pengimpor, potensi besar sentra produksi on-farm kopi, pengembangan agribisnis kopi dan semakin tersedianya mesin-mesin pertanian. Jenis diversifikasi produk kopi meliputi kopi bubuk, kopi instan, kopi biji matang (roasted coffee), kopi tiruan, kopi rendah kafein (decaffeinated coffee), kopi mix, kopi celup, ekstrak kopi, minuman kopi dalam botol dan produk turunan lainnya. Masalah utama dari lambannya pengembangan industri hilir kopi di Indonesia berturut turut mulai dari masalah terberat adalah (1) masalah dalam menembus jaringan pasar ekspor produk hilir kopi; (2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana; (3) adanya hambatan dalam peraturan khususnya ketenagakerjaan, perpajakan dan perdagangan; (4) kurangnya motivasi dari pengusaha; (5) kekurangan modal; (6) teknologi pengolahan dan pengemasan yang belum dikuasai sepenuhnya; dan (7) kualitas SDM untuk pemasaran produk hilir yang belum memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk mendorong terbentuknya agroindustri pedesaan berbasis kopi guna meningkatkan nilai tambah agroindustri kopi sekaligus mengembangkan produk unggulan specialty kabupaten Jember.
Sasaran penelitian ini adalah petani kopi yang berada di Desa Sidomulyo kecamatn Silo kabupaten Jember serta ibu-ibu yang tergabung dalam Kopwan “Muslimat Al-Ikhlas” yang berada di Desa Sidomulyo. Analisis data yang digunakan adalah analisis kekuatan medan atau Force Field Analysis (FFA) dan analisis Nilai Tambah.
Kesimpulan penelitian ini antara lain : 1. Faktor pendorong motivasi petani melakukan diversifikasi olahan kopi antara lain : Hatga jual lebih mahal, keinginan untuk berkembanga, mampu menyerap tenaga kerja, kemasan olahan kopi yang menarik, dan pengenalan olahan limbah kopi. Adapun factor penghambat diversifikasi pengolahan kopi, antara lain : diperlukananya biaya yang tinggi, pemasaran yang terbatas, cuaca yang tidak mendukung, tingginya persaingan pasar, dam bahan baku memadai yang terbatas. 2. Nilai tambah pada pengolahan kopi gelondong merah menjadi kopi HS olah basah di Desa Sidomulyo adalah sebesar Rp 974,71 per kilogram bahan baku, sedangkan nilai tambah pada pengolahan kopi HS olah basah menjadi kopi bubuk olah basah di Desa Sidomulyo adalah sebesar Rp 22.397,31 per kilogram bahan baku. Nilai tambah pada pengolahan kopi gelondong merah menjadi kopi HS olah basah di Desa Kemiri adalah sebesar Rp 2.357,90 per kilogram bahan baku. 3. Konsumen menyukai produk kopi bubuk jenis kopi hitam, dengan alas an lebih kental dan lebih teras kopi atau nikmat, 4. Konsumen menyukai kopi bubuk dengan kemasan kecil 100 gram dengan kemasan yang aman, menarik dan mempunyai daya simpan tinggi.
Kata Kunci Penting : kopi, nilai tambah, FFA, olah basah, agroindustri pedesaan :