dc.description.abstract | Penggunaan energi listrik untuk keperluan industri maupun masyarakat
sehari-hari semakin meningkat. Ini menyebabkan menipisnya cadangan minyak bumi
dan krisis bahan bakar minyak sehingga muncul beberapa penggunaan energi
alternatif sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satunya yaitu
adanya industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara
sebagai bahan baku pembakarannya. Akan tetapi penggunaan batubara ini
menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan, yaitu pelepasan polutan gas
seperti CO
2
, NO
2
, CO, SO
2
vii
2
, hidrokarbon dan abu yang relatif besar, ada dua jenis
limbah abu yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara, yaitu abu terbang (fly
ash) dan abu dasar (bottom ash).
Limbah fly ash yang berasal dari pembakaran batubara merupakan masalah
yang sering dihadapi oleh banyak industri yang menggunakan batubara sebagai bahan
baku pembakarannya. Limbah fly ash berpotensi dimanfaatkan sebagai adsorben
untuk penyerapan polutan pada gas buang proses pembakaran yang berpotensi untuk
merusak lingkungan, salah satunya adalah gas nitrogen dioksida (NO
).
Pada penelitian ini limbah fly ash akan digunakan sebagai adsorben untuk
penentuan kadar gas NO
2
2
dengan menggunakan metode passive sampler. Pereaksi
yang digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH). Sedangkan reagen yang
digunakan adalah reagen Griess Saltzman yang akan memberikan warna merah muda
jika bereaksi dengan gas NO
2
, warna tersebut akan stabil dalam jangka waktu
tertentu. Penelitian ini dilakukan dua perlakuan yaitu, perlakuan pertama hanya
adsorben saja yang terdapat pada alat passive sampler, sedangkan perlakuan kedua di
dalam alat passive sampler terdapat adsorben dan pereaksi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi optimum untuk fly ash tanpa
penambahan NaOH diperoleh pada saat konsentrasi H
viii
2
SO
2%, waktu aktivasi 120
menit, dan waktu penyerapan 5 menit. Sedangkan kondisi optimum untuk fly ash
dengan penambahan NaOH diperoleh pada saat konsentrasi H
4
2
SO
1%, waktu
aktivasi 60 menit, dan waktu penyerapan 5 menit.
Kemampuan fly ash sebagai adsorben gas NO
dapat dilihat dari konsentrasi
gas NO22 yang terserap. Semakin bertambahnya konsentrasi maka semakin banyak
molekul adsorbat dan adsorben yang saling berinteraksi dalam proses adsorpsi
sehingga menyebabkan adsorpsi semakin meningkat. Selain itu juga dapat disebabkan
karena permukaan adsorben mempunyai sejumlah tertentu situs aktif adsorpsi.
Banyaknya situs aktif tersebut sebanding dengan luas permukaan adsorben dan
masing-masing situs aktif hanya dapat mengadsorpsi satu molekul adsorbat. Pada
keadaan dimana tempat adsorpsi belum jenuh dengan adsorbat maka kenaikan
konsentrasi adsorbat akan dapat menaikkan jumlah zat yang teradsoprsi. Bila tempat
adsorpsi sudah jenuh dengan adsorbat maka kenaikan konsentrasi adsorbat relatif
tidak menaikkan jumlah zat yang teradsorbsi. Dalam penelitian ini jika konsentrasi
adsorbat dinaikkan lagi maka kemungkinan besar jumlah zat yang teradsorpsi juga
akan naik sampai pada titik tertentu dimana adsorben sudah tidak dapat mengadsorpsi
lagi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa limbah abu terbang (fly ash) batubara
dapat digunakan sebagai adsorben untuk pengukuran gas NO, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Penelitian ini dapat digunakan untuk keperluan monitoring udara
sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk menanggulangi permasalahan pencemaran udara oleh gas NO2 | en_US |