Show simple item record

dc.contributor.authorA. Latief Wiyata
dc.contributor.authorNovi Anoegrajekti
dc.contributor.authorTitik Maslikatin
dc.contributor.authorSudartomo Macaryus
dc.date.accessioned2015-04-21T06:33:02Z
dc.date.available2015-04-21T06:33:02Z
dc.date.issued2015-03
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/62370
dc.descriptionInfo lebih lanjut hub: Lembaga Penelitian Universitas Jember Jl. Kalimantan No.37 Telp. 0331-339385 Fax. 0331-337818 Jemberen_US
dc.description.abstractPenelitian ini membahas (1) bagaimana etnografi seni pertunjukan Gandrung, Janger, dan Kuntulan serta ritual Seblang dan Kebo-keboan di tengah perubahan sosial budaya di Banyuwangi; (2) bagaimana Using memandang, menyikapi, dan menyiasati ketiga pertunjukan dan kedua ritual sebagai ungkapan identitas dan relasinya dengan modernisasi, agama, dan kebijakan negara; dan (3) bagaimana kebijakan kebudayaan dalam merevitalisasi dan mengembangkan kesenian tradisional dan ritual. Penelitian ini menempatkan seni tradisi Gandrung, Kuntulan, dan Janger serta ritual Seblang dan Kebo-keboan sebagai penanda, secara teoretis mengaitkan hubungan penanda (signifier) dan petanda (signified). Hubungan tersebut tergantung pada ‘the act of sign-i-fying’. Proses signifikasi menjadi penting dalam memperoleh makna hubungan penanda dan petanda. Makna suatu tanda didefinisikan dalam hubungan dengan tanda yang lain. Dengan menganalisis teks-teks yang terkumpul secara semiotis, dapat dijelaskan secara rinci setiap tarik-menarik, perebutan, dan kontestasi berbagai kekuatan sosial dan kultural di Banyuwangi dalam kaitannya dengan representasi identitas Using. Sebagai kajian etnografi, analisis dilakukan terus-menerus selama di lapangan. Identifikasi bagian-bagian, memahami relasi antarbagian, memahami hubungan bagian dengan keseluruhan, dan mengungkapkannya merupakan inti dalam analisis ini. Spradley menyebut analisis etnografi sebagai pemeriksaan ulang terhadap catatan lapangan untuk mencari simbol-simbol budaya (yang biasanya dinyatakan dengan bahasa asli) serta mencari hubungan antarsimbol itu. Analisis etnografis berangkat dari asumsi bahwa informan memahami serangkaian kategori kebudayaannya, mempelajari relasi-relasinya, dan menyadari atau mengetahui hubungan dengan keseluruhannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seni tradisi mengalami pasang-surut. Dalam kondisi surut, seniman berkreasi agar lebih menarik dan diminati masyarakat. Seniman sanggup merespons harapan dan selera masyarakat. Kantong-kantong seni dan penggemar seni tradisi di Banyuwangi bersifat saling menghidupi. Industri rekaman seni tradisi cenderung menggunakan sistem perjanjian putus, seperti tanggapan. Hal itu belum signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan seniman. Oleh karena itu, perlu ada pihak ketiga yang menjebatani. Pengembangan industri kreatif yang berkaitan dengan seni tradisi perlu ditingkatkan agar semakin menyejahterakan masyarakat pedukungnya, melalui tahapan penyadaran, sosialisasi, pelatihan, pengorganisasian, dan manajemen industri kreatif. Kata kunci: seni, budaya, identitas, ritual, tradisien_US
dc.publisherFISIP'14en_US
dc.relation.ispartofseriesUPT;32
dc.subjectsenien_US
dc.subjectbudayaen_US
dc.subjectidentitasen_US
dc.subjectritualen_US
dc.subjecttradisien_US
dc.titleETNOGRAFI SENI TRADISI DAN RITUAL USING: KEBIJAKAN KEBUDAYAAN DAN IDENTITAS USINGen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record