dc.description.abstract | Agregat kasar pada umunya sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir antara 5 mm sampai 40 mm (SNI 03 – 2847 – 2002). Aregat kasar ini harus
bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan yang baik. Penggunaan
agregat kasar dapat berupa dari pecahan batu yang digiling dengan mesin (stone
crussher), pelapukan alamiah, atau pemecahan konvensional. Agregat kasar
mempunyai bentuk yang bermacam – macam karena sumber yang ada juga
menyediakan jenis batu yang berbeda juga. Misalnya seperti yang diambil peneliti
antara batu pecah dan batu alami (permukaanya halus), karena masing-masing agregat
kasar mempunyai komposisi dan karakteristik yang berbeda.
Agregat kasar pecah ini mempunyai sudut – sudut yang tampak jelas, yang
terbentuk di tempat – tempat perpotongan bidang – bidang dengan permukaan kasar.
Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38 % - 40 %, sehingga membutuhkan
lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari
agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton
mutu tinggi karena ikatan antar agregatnya baik (kuat). Sedangkan agregat kasar
dengan permukaan yang halus (batu alami) ini memiliki rongga udara 33 %, sehingga
rasio luas permukaannya kecil. Beton yang dihasilkan dari agregat ini kurang cocok
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi.
Berdasarkan realita di pasar, konsumen lebih banyak menggunakan jenis
agregat kasar yang batu pecah dibandingkan yang batu alami. Berdasarkan hasil uji
laboratorium dalam penelitian ini, jika ditinjau dari segi kuat tekan dengan mix desain
fc’ 22,5 mpa pada hari ke 28 didapat hasil sebagai berikut; 100% P-0%B 22,7 Mpa,
dan dari 20% batu alami sampai 100% batu alami mengalami penurunan. | en_US |