dc.description.abstract | Artikel ini membahas tentang konflik etnis di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Teknik analisis konflik etnis Dayak dan etnis Madura di Kabupaten Kotawaringin
Timur, menggunakan teori konflik, teori resolusi konflik serta tipe kekerasan.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam artikel ini adalah metode sejarah
yang terdiri dari empat tahapan meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi dan
historiografi. Konflik berawal dari pertikaian etnis Dayak dan etnis Madura di
desa Kerengpangi yang mengakibatkan seorang etnis Dayak terbunuh bernama
Sendung. Peristiwa kematian Sendung dihubungkan dengan kekecewaan kedua
pejabat pada pergantian posisi eselon dilingkungan pemerintah Kabupaten
Kotawaringin Timur, serta dikaitkan dengan sikap anti etnis madura di bumi
Kalimantan Tengah. Berkaitan dengan kematian Sendung maka pada tanggal 18
Februari 2001 awal terjadinya konflik, ketika etnis Dayak menyerang etnis
Madura di kecamatan Baamang. Konflik tersebut selanjutnya semakin meluas dan
merembet sampai pada kecamatan Mentawa Baru/Hulu, Mentaya Hilir Selatan
dan Parenggean. Konflik etnis di Kabupaten Kotawaringin Timur telah
menimbulkan banyak korban, baik materil maupun immateril, sehingga pada
konflik yang melibatkan etnis diperlukan resolusi. Keanekaragaman suku, agama,
ras, dan budaya Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa yang secara
langsung maupun tidak langsung, akan tetapi apabila tidak mapu
mengkonsilidasikan akan menjadi ancaman bangsa Indonesia. | en_US |