dc.description.abstract | Teknologi pemisahan menggunakan membran semakin berkembang pesat
dari tahun ke tahun. Pemanfatan membran sebagai proses pemisahan dapat
dijumpai pada hampir semua industri, baik industri tekstil, makanan dan
minuman dan sebagainya. Dibandingkan dengan proses-proses pemisahan
yang lain, teknologi membran mempunyai beberapa keunggulan, antara lain
dalam hal penggunaan energi dan simplisitas. Selain itu pemisahan
menggunakan membran juga lebih sederhana, tidak memerlukan bahan kimia
tambahan dan ramah lingkungan.
Membran ultrafiltrasi merupakan salah satu jenis membran dengan gaya
dorong tekanan. Prinsip pemisahan dari membran ultrafiltrasi ini adalah menahan
koloid dan makro molekul (misalnya protein) tetapi dapat melewatkan partikel
garam, gula, air dan molekul kecil. Salah satu material membran ultrafiltrasi yang
berkembang saat ini adalah membran selulosa asetat. Kelebihan selulosa asetat
sebagai material membran yaitu mudah untuk diproduksi dan bahan mentahnya
merupakan sumber yang dapat diperbaharui.
Teknik yang digunakan pada proses pembuatan membran ultrafiltrasi
diantaranya teknik inversi fasa. Teknik inversi fasa mempunyai beberapa
kelebihan diantaranya mudah dilakukan, pembentukan pori dapat dikendalikan
dan dapat digunakan pada berbagai macam polimer. Morfologi membran,
dipengaruhi oleh sistem pelarut dan nonpelarut, konsentrasi polimer, komposisi
bak koagulasi dan komposisi larutan polimer. Selain itu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi karakteristik membran, salah satunya yaitu variasi komposisi
pelarut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari: (1). pengaruh
komposisi aseton dan asam format terhadap densitas (2). pengaruh komposisi aseton dan asam format terhadap karakterisasi kinerja membran (fluks dan
rejeksi/permselektivitas) selulosa asetat. (3). Mempelajari pengaruh komposisi
pelarut aseton dan asam format terhadap sifat kimia dan morfologi membran
selulosa asetat.
Penelitian yang dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Universitas
Jember ini berlangsung dalam dua tahap. Pada penelitian tahap pertama dilakukan
proses pembuatan membran dengan teknik inversi fasa dengan variasi komposisi
pelarut kemudian pada tahap kedua dilakukan karakterisasi membran yang
meliputi uji densitas dan kinerja membran (fluks dan koefisien rejeksi). Pengujian
fluks membran terdiri atas penentuan waktu kompaksi dan uji fluks air. Koefisien
rejeksi membran ditentukan dengan mengukur konsentrasi permeat dan retentat
dari larutan dekstran. Dekstran yang dipakai mempunyai berat molekul 100-200
kDa dengan konsentrasi 1000 ppm. Tekanan operasional yang digunakan pada
penentuan % rejeksi dan fluks adalah 2 bar; Uji Fourier Transform Infrared
(FTIR) dilakukan di fakultas farmasi universitas Jember dan uji Scanning
Electron Microscopy (SEM) dilakukan di laboratorium sentral ilmu hayati
Biosains di Universitas Brawijaya Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk fisik membran berbagai
variasi komposisi aseton dan asam format menunjukkan karakteristik yang
berbeda, hal ini dibuktikan dengan hasil densitas, kinerja membran, uji sem dan
FTIR yang berbeda-beda pada setiap variasi. Hasil densitas tertinggi diperoleh
ketika komposisi aseton dan asam format 6/9 mol. Uji kinerja membran, fluks,
koefisien permebilitas dan % rejeksi menunjukkan nilai tertinggi didapatkan
ketika komposisi aseton dan asam format 9/6 mol. Hasil uji FTIR membran
selulosa asetat dengan polimer selulosa asetat tidak menunjukkan perbedaan. Uji
SEM pada semua komposisi aseton dan asam format 9/6 mol menghasilkan pori
yang rapat dan banyak permukaan atas serta penampang melintang menghasilkan
pori finger like yang baik. Parameter baik maupun bagus disini dilihat dari
panjang pendeknya struktur finger like-nya dari permukaan atas sampai
permukaan bawah sehingga ketika air atau suatu larutan melewati membran
mudah dan tidak terhalang oleh penyempitan-penyempitan pori yang terjadi. | en_US |