Show simple item record

dc.contributor.authorMaya Nurvita Sari
dc.date.accessioned2013-12-08T04:06:39Z
dc.date.available2013-12-08T04:06:39Z
dc.date.issued2013-12-08
dc.identifier.nimNIM071810301021
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6161
dc.description.abstractPerkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat membuat penggunaan pewarna alami semakin berkurang dan tergantikan dengan pewarna sintetik. Berdasarkan data hasil pengawasan BPOM sepanjang tahun 2006-2010 ditemukan 40-44 persen jajanan anak sekolah di Jakarta tidak memenuhi syarat keamanan pangan yang dapat membahayakan kesehatan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini mendorong terciptanya suatu metode atau analisis yang dapat memudahkan menganalisis sampel di lapangan. Analisis yang saat ini masihdigunakan untuk menganalisis sampel di lapangan ialah spektrofotometri dan test strip. Namun dari dua metode di atas ada beberapa kelemahan yang dapat menyulitkan analis untuk menganalisis sampel di lapangan dengan banyaknya sampel yang harus segera dianalisis sebagai dugaan sementara. Salah satu metode yang berkembang saat ini dan menjadikan focus dari penelitian ini ialah interaksi cahaya dengan materi berupa reflektan (pemantulan cahaya terhadap materi). Pada penelitian ini prinsip yang digunakan sama halnya dengan prinsip dari spektrofotometri reflaktan yang akan diterapkan pada alat sensor berupa kamera digital yang dimodifikasi. Data yang diperoleh dari kamera pada tahapan diatas berupa digital dalam bentuk JPEG pada kamera, kemudian dikonversikan dengan bantuan software matrix_color sehingga angka digital yang diperoleh diubah menjadi dalam bentuk matrik Microsoft Excel dengan 201 baris x 137 kolom. Hal ini dikarenakan Software matrix_color terdapat sistem sampling yang dapat menghasil data dalam bentuk matrik digital 201 baris x 137 kolom. Angkan – angka yang terdapat dalam baris maupun kolom matrik tersebut merupakan nilai reflektan dari sampel yang akan dianalisis, yaitu antar 0 - 255 yang mana warna hitam bernilai 0 dan warna putih bernilai 255. Sampel uji yang digunakan berupa kue lapis dengan konsentrasi 0,001 g/mL; 0,002 g/mL; 0,004 g/mL; 0,006 g/mL dan 0,008 g/mL hingga konsentrasi 0,01 g/mL sampai 0,08 g/mL. Analisis yang dilakukan mengunakan detektor berupa kamera dengan sudut pengambilan gambar 45˚ dan 90˚. Data yang dihasilkan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai intensitas reflektan antara konsentrasi pada sudut pengambilan gambar 90˚. Pada kue lapis yang menggunakan pewarna kuning maupun pewarna hijau yang secara reflektansi gambar yang dikonversikan berupa gambar penuh dan gambar yang telah dicropping. Pada konversi gambar penuh maupun setelah dicropping pewarna kuning, diperoleh hasil yang sama yaitu grafik menunjukkan bahwa intensitas reflektan green dan blue memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan intensitas reflektan red. Hal ini dikarenakan komponen pembentukan warna kuning yang terdapat pada kunir yang digunakan merupakan perpaduan dari warna green dan blue dari metode RGB pada software yang digunakan. Jika dilihat keseluruhan data yang diperoleh nilai intensitas reflektan memiliki hubungan dengan konsentrasi, yaitu semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar nilai reflektannya. Sama halnya dengan pewarna hijau, hasil reflektansi gambar yang dikonversikan berupa gambar penuh dan gambar yang telah dicropping diperoleh hasil yang sama. Namun grafik menunjukkan berbeda dengan pewarna kuning, yaitu intensitas reflektan green memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan intensitas reflektan red dan blue. Hal ini dikarenakan komponen pembentukan warna hijau yang terdapat pada klorofil dalam daun pandan suji dalam sampel. Pengambilan warna analog menggunakan sudut 45olebih memiliki nilai optimum dari pada sudut pengambilan gambar pada sudut 90odengan daerah konsentrasi yang dianalisis ialah 0.001- 0.008g/mL dari tiga pewarna yang digunakan. Secara kuantitatif, metode image prossecing mampu menentukan nilai intensitas reflektan dari zat warna tekstil dan makanan pada kue lapis dari konsentrasi 0.002 g/mL; 0,004 g/mL; 0.006 g/mL; dan 0,008 g/mL. Konsentrasi sampel yang diujikan yaitu 0,003 g/mL, 0,005 g/mL dan 0,007 g/mL. Trend yang diperoleh semakin tinggi konsentrasi zat warna maka semakin tinggi pula absorbans hijau. Begitu pula pada pewarna kuning, semakin tinggi konsentrasi zat warna maka semakin tinggi absorbans merah dan hijau. Metode image processing dapat menentukan konsentrasi pewarna makanan dalam sampel dengan akurat dan presisi pada konsentrasi yang diuji yaitu 0.0037 g/mL; 0.0054 g/mL; dan 0.0067 g/mL, dan sampel menggunakan pewarna tekstil 0.0026 g/mL; 0.0046 g/mL; dan 0.0065 g/mL. Namun tidak mampu membedakan jenis pewarna alami, makanan dan tekstil.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries071810301021;
dc.subjectANALISIS ZAT PEWARNA PADA JAJANAN PASARen_US
dc.titleANALISIS ZAT PEWARNA PADA JAJANAN PASAR DENGAN METODE IMAGE PROCESSING MENGGUNAKAN KAMERA DIGITALen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record