dc.description.abstract | Pengaruh Lama Distres Kronis Terhadap Perubahan Jumlah Sel Osteoklas
Pada Tulang Alveolar Tikus Sprague dawley; Cicik Khildar Rizqi; 111610101075;
2015; 58 halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Distres kronis merupakan reaksi psiko-fisiologis tubuh terhadap berbagai
rangsangan yang mengganggu homeostasis sehingga mengakibatkan kerusakan pada
tubuh. Salah satu bentuk distres kronis ialah stresor renjatan listrik. Pada saat distres
akan terjadi aktivasi saraf simpatis untuk memproduksi katekolamin dalam jumlah
banyak. Mekanisme ini diduga dapat memicu peningkatan sitokin pro-inflamatori.
Sitokin tersebut dapat mempengaruhi hipotalamus pituitary adrenal (HPA) axis
untuk memproduksi kortisol. Glukokortikoid diketahui mempunyai efek antiinflamasi
pada tubuh sehingga hormon ini akan berperan sebagai kontrol negatif terhadap
peningkatan sitokin yakni jika kortisol meningkat maka sitokin akan diturunkan
untuk menghindari terjadinya kerusakan lebih lanjut pada tubuh. Akan tetapi pada
kondisi distres kronis, dimana terjadi paparan hormon secara terus-menerus
mengakibatkan sel darah putih merespon dengan cara menurunkan ekpresi maupun
fungsi dari reseptor glukokortikoid sehingga akan terjadi penurunan aksi antiinflmasi
oleh kortisol yang mengakibatkan kadar sitokin akan tetap tinggi. Sitokin-sitokin
tersebut diduga mampu meningkatkan proses osteoclastogenesis dengan
meningkatkan ikatan yang terjadi pada kunci mediator pembentuk osteoklas yakni
receptor activator of nuclear factor kB ligand (RANKL) dengan reseptornya
(RANK) sehingga terjadilah diferensiasi dari pre-osteoklas menjadi sel osteoklas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadinya pengaruh lama distres
kronis terhadap perubahan jumlah sel osteoklas pada tulang alveolar tikus Sprague
dawley.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan
rancangan penelitiannya ialah post test only control group design serta metode
vii
pengambilan subyek secara simple random sampling. Subyek penelitian
menggunakan tikus Sprague dawley berumur 8 minggu, berat badan 200-250 gram.
Besar subyek yang digunakan sebanyak 32 ekor tikus kemudian dibagi menjadi 4
kelompok yakni 8 tikus sebagai kelompok yang tidak diberi perlakuan (hari ke-0), 8
tikus yang dipapar stresor renjatan listrik selama 7 hari, 8 tikus yang dipapar stresor
renjatan listrik selama 14 hari, dan 8 tikus yang dipapar stresor renjatan listrik selama
28 hari. Renjatan listrik di lakukan untuk menginduksi distres kronis. Setelah diberi
perlakuan tikus dikorbankan dengan menggunakan klorofom untuk diambil tulang
rahangnya. Tulang rahang tersebut di fiksasi dengan larutan buffer formalin 10%
selama sehari kemudian dilakukan deklasifikasi dengan larutan EDTA 15% sampai
tulang menjadi lunak. Kemudian dilanjutkan dengan pemrosesan jaringan hingga
diperoleh preparat yang siap dilakukan pewarnaan Haematoksilin Eosin dan diamati
menggunakan mikroskop dengan pembesaran 400x.
Hasil uji normalitas meggunakan Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas
menggunakan Levene Test menunjukkan p>0,05 yang berarti data berdistribusi
normal dan homogen. Hasil uji One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna (p<0,05) antar kelompok perlakuan. Pada uji lanjut LSD juga menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) jumlah sel osteoklas pada semua
kelompok. Dimana secara statistik tampak jumlah sel osetoklas terbanyak pada hari
ke-28 dan terendah pada hari ke-0, serta pada hari ke-7 dan hari ke 14 tampak
perbedaan jumlah yang sangat kecil namun tetap signifikan.
Terjadinya peningkatan jumlah sel osteoklas pada hari ke 7 dan 28 diduga
akibat pengaruh dari peningkatan hormon kortisol dan penurunan yang terjadi pada
hari ke 14 diduga kortisol juga mengalami penurunan akibat mekanisme umpan balik
negatif sehingga jumlah sel osteoklas ikut menurun. Sehingga dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan pada peningkatan jumlah sel osteoklas
pada tulang alveolar tikus Sprague dawley yang mengalami distres kronis akibat
stresor renjatan listrik selama 28 hari. | en_US |