Show simple item record

dc.contributor.authorYUDDY PRAMANA
dc.date.accessioned2013-12-07T07:33:44Z
dc.date.available2013-12-07T07:33:44Z
dc.date.issued2013-12-07
dc.identifier.nimNIM080110201024
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6048
dc.description.abstractDimensi Pernyaian dan Jugun Ianfu dalam Novel Mirah dari Banda Karya Hanna Rambe : Kajian Feminisme Eksistensialis; Yuddy Pramana, 080110201024; 2013: 388 halaman; Jurusan sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember. Novel Mirah dari Banda karya Hanna Rambe mengungkapkan masalah tentang kehidupan masyarakat pribumi, khusunya perempuan dalam masa penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Analisis terhadap novel Mirah dari Banda menggunakan teori struktural yang ditekankan pada analisis feminisme eksistensialis. Alasan memilih judul tersebut karena kajian feminisme sesuai dengan permasalahan yang terkandung dalam novel tersebut. Unsur-unsur struktural yang dipilih penulis meliputi tema, penokohan dan perwatakan, konflik, serta latar. Teori Feminisme Eksistensialis yang ditekankan pada novel Mirah dari Banda antara lain: perjuangan perempuan dalam mencapai kebebasan. Penelitian dilakukan dengan langkah-langkah yang telah ditentukan meliputi: memperoleh data, mengolah dan mengklasifikasikan data, menganalisis dengan pendekatan struktural, dan terakhir menganalisis dengan pendekatan feminisme. Sistematika pembahasan antara lain pendahuluan, gambaran umum, analisis struktural, analisis feminisme eksistensialis, dan kesimpulan. Gambaran umum dalam novel Mirah dari Banda adalah sejarah dan kehidupan masyarakat Banda. Tema Mayor dalam novel Mirah dari Banda karya Hanna Rambe adalah perempuan yang mengalami penindasan menyebabkan dirinya tidak sederajat dengan kaum laki-laki. Tema minor dalam novel Mirah dari Banda adalah perubahan status sosial seseorang karena keadaan dan usaha pengungkapan jati diri seseorang yang memiliki keterkaitan dengan zaman penjajahan. Tokoh dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama dalam novel Mirah dari Banda karya Hanna Rambe adalah Mirah. Mirah memiliki watak datar atau flat character, dari awal penceritaan sampai akhir cerita Mirah tidak mengalami perubahan watak. Tokoh bawahan pada novel Mirah dari Banda yang paling dominan adalah Wendy dan Lili. Watak tokoh Wendy datar atau flat character, karena dari awal sampai akhir penceritaan Wendy tidak mengalami perubahan watak. Watak tokoh Lili adalah datar atau flat character karena dari awal hingga akhir cerita tidak mengalami perubahan watak. Konflik dalam novel Mirah dari Banda yaitu terdiri dari konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik manusia dengan manusia dialami oleh tokoh Mirah dengan Tuan Besar. Konflik batin antara ide satu dengan ide yang lainnya dialami oleh tokoh Mirah dengan Lawao. Konflik seseorang dengan kata hatinya dialami Mirah dan Tuan Besar. Latar terdiri dari latar temapat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat yang paling banyak di ceritakan dalam novel Mirah dari Banda adalah di pulau Bandaneira. Sedangkan latar waktunya terjadi di pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Latar sosial dalam novel Mirah dari Banda ini terdapat pada pandangan hidup orang Belanda yang menganggap budak, kuli kontrak, dan Nyai memiliki derajat yang sangat rendah. Analisis feminisme eksistensialis dialami oleh tokoh Mirah dan Lili yang memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan. Peneliti memfokuskan pada masalah perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dalam penerimaan perlakuan fisik dan batin. Dalam novel Mirah dari Banda perjuangan Mirah untuk memperoleh kebebasan di mulai pada saat dirinya memperoleh perlakuan tidak baik oleh kaum laki-laki pada saat menjadi buruh kontrak dan Nyai. Selain itu ada juga perjuangan Mirah pada saat membela vii kedua anaknya dari tentara Jepang dan perjuangan Mirah mempertahankan perekonomian Banda pasca kemerdekaan. Perjuangan Mirah pada saat menjadi buruh kontrak adalah pada saat ia melakukan perlawanan terhadap Marinyo yang ingin berbuat tidak sopan kepadanya. Perjuangan Mirah pada saat menjadi Nyai adalah Mirah yang ingin mengakhiri statusnya sebagai seorang Nyai. Perjuangan Mirah yang ingin membela anaknya adalah saat ia tidak merelakan Weli dan Lili menjadi budak Jepang. Perjuangan Mirah pasca kemerdekaan adalah ketika ia berusaha menanam lagi buah pala demi membangkitkan perekonomian di Banda. Perjuangan Lili untuk memperoleh kebebasan adalah Lili yang berusaha untuk berhenti menjadi jugun ianfu di temapt hiburan tentara Jepang. Analisi gender pada novel Mirah dari Banda terdiri dari subordinasi, kekerasan, dan stereotipe. Subordinasi dalam novel Mirah dari Banda dialami oleh Yu Karsih yang menjadi Nyai Tuan Besar dikarenakan faktor keterpaksaan. Stereotipe dalam novel Mirah dari Banda berasal dari anggapan Watimah jika perempuan hanya ditakdirkan untuk menjadi budak laki-laki. Kekerasan dalam novel Mirah dari Banda di alami oleh Mirah terhadap perlakuan laki-laki.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080110201024;
dc.subjectEKSISTENSIALISen_US
dc.titleDIMENSI PERNYAIAN DAN JUGUN IANFU DALAM NOVEL MIRAH DARI BANDA KARYA HANNA RAMBE : KAJIAN FEMINISME EKSISTENSIALISen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record