dc.description.abstract | Perceraian dalam suatu ikatan keluarga banyak terjadi. Tak sedikit dari perceraian tersebut yang berdampak negatif terhadap
anak. Perihal ini membuat anak menjadi korban perceraian dari orang tua. Misalnya anak sering marah-marah, tidak percaya
diri, sering merasa kesepian dsb. Tentu, psikologi anak dari keluarga yang bercerai akan mengalami hambatan dalam proses
perkembangan diri. Di Situbondo, angka perceraian mencapai 2055 kasus pengajuan perceraian pada tahun 2010; ihwal ini
merupakan angka perceraian tertinggi selama 5 tahun terakhir. Maka dari itu, penulis tertarik mengangkat penelitian ini untuk
mengetahui dampak perceraian terhadap psikologi anak, khususnya anak keluarga petani yang melakukan perceraian di Desa
Bungatan Kabupaten Situbondo. Penelitian ini menggunakan teknik snowball sebagai penentuan informan adalah anak yang
sudah berumur 6-17 tahun yang ditinggalkan keluarganya bercerai. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa psikologi
anak dari keluarga bercerai mengalami dampak negatif yang cukup signifikan seperti, rendah diri terhadap lingkungannya,
temperamen (mudah marah), serta rasa kecewa yang berkepanjangan terhadap orang tuanya. | en_US |