dc.description.abstract | Setiap pekerjaan menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerjanya, tidak terkecuali bagi petani tembakau. Petani tembakau berisiko terkena penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan paparan pestisida dan absorbsi nikotin daun tembakau basah melalui kulit yang disebut Green Tobacco Sickness (GTS). Tujuan penelitian ini Menganalisis faktor risiko terjadinya penyakit GTS pada petani tembakau meliputi: faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, lama menjadi petani tembakau), maupun faktor perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan terkait GTS). Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dengan metode survei dan menggunakan rancangan cross sectional, yakni untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi dan pengumpulan data menggunakan kuisioner. Penelitian dilakukan di 12 kecamatan di Kabupaten Jember yang merupakan sentra produksi tembakau, pada bulan September sampai Desember 2013. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dan Focus Group Discussion, kemuadian dianalisa secara univariat, bivariat menggunakan chi square dan multivariat menggunakan logistic regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, tidak bersekolah, berstatus menikah dan sudah menjadi petani tembakau lebih dari 10 tahun serta memiliki penghasilan per bulan dibawah UMR. Sebagian besar petani tembakau memiliki pengetahuan tentang Gejala GTS yang rendah (96,6%), dengan sikap yang negatif terhadap pencegahan GTS (98,9%), serta memiliki tindakan pencegahan GTS yang kurang baik (86,5%). Terdapat 66,3% petani tembakau yang mengalami gejala GTS. Hasil pengujian statistik menunjukkan terdapat pengaruh antara jenis kelamin (p=0,022) dan lama menjadi petani tembakau (p=0,025) serta perilaku pencegahan GTS (p=0,002) terhadap terjadinya Gejala GTS pada petani tembakau. Metode penanganan GTS melalui 3 pendekatan (pengetahuan dan sikap petani tentang GTS, Pengadaan APD, Peran Ketua Kelompok tani dan Petugas Penyuluh Pertanian). Diperlukan adanya sosialisasi pada kelompok petani tembakau tentang pencegahan Gejala GTS melalui pendekatan perilaku dengan cara mandi dan berganti pakaian setelah bekerja di kebun tembakau serta penggunaan baju anti air, sarung tangan dan sepatu boot. | en_US |