Show simple item record

dc.contributor.authorYunita Armiyanti
dc.contributor.authorWiwien Sugih, Utami
dc.contributor.authorLidya Ameliana
dc.date.accessioned2014-07-01T03:06:37Z
dc.date.available2014-07-01T03:06:37Z
dc.date.issued2014-07-01
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/57892
dc.descriptionInfo lebih lanjut hub: Lembaga Penelitian Universitas Jember Jl. Kalimantan No.37 Telp. 0331-339385 Fax. 0331-337818 Jemberen_US
dc.description.abstractPenyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah yang utama dalam skala Internasional maupun Nasional. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa berdasarkan World malaria report tahun 2011, pada tahun 2010 kasus malaria di dunia mencapai 216 juta dan diperkirakan 655 ribu orang meninggal (WHO, 2011). Pada malaria berat terjadi overproduksi sitokin pro-inflamasi seperti Tumour Necrosis Factor-α (TNF-α), Interleukin-1 (IL-1), Interferon-γ (IFN-γ) dan radikal bebas seperti Reactive Oxygen Intermediate (ROI), Reactive Oxygen Spesies (ROS), Nitric Oxide (NO) oleh sel-sel fagosit dan sel endotel yang teraktivasi. Pengeluaran mediator di atas sebenarnya bertujuan untuk membunuh parasit, namun karena sifat radikal bebas yang tidak spesifik dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya ( Lou et al., 2001). Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai terapi ajuvan baru yang diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi malaria yang berakibat fatal.Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan ekstrak Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) sebagai imunostimulan serta melihat efek sinergi dengan obat antimalaria standar yaitu Artemisin secara in vivo, sehingga dapat digunakan sebagai terapi ajuvan malaria. Sejumlah 30 ekor mencit Balb/C jantan dibagi dalam 5 kelompok masing-masing terdiri atas 6 ekor mencit. Dua kelompok (K1 dan K2) distimulasi dengan ekstrak Bangle dosis 22,6 mg per mencit selama dua minggu. Selanjutnya K1 sampai dengan K4 diinfeksi dengan Plasmodium berghei. Setelah diinfeksi Plasmodium berghei, tiap hari diperiksa derajat parasitemianya. Terapi Artemisinin diberikan pada K2 dan K3 apabila hasil pemeriksaan hapusann darah menunjukkan infeksi positif dengan dosis 0,728 mg per mencit. Lama pemberian terapi selama 4 hari, merujuk pada regimen dosis Artemisinin yang diberikan secara peroral 3,2 mg/kg BB/hari. Pada hari kelima setelah pemberian Artemisinin, semua mencit diambil makrofag peritonealnya untuk diukur aktivitas makrofag dan diambil serumnya untuk diukur kadar NO, MDA dan TNF-α. Kelompok 5 merupakan kelompok kontrol negatif karena terdiri dari mencit normal dan tidak mendapat perlakuan bangle maupun artemisinin. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok hewan coba yang diberi ekstrak bangle terjadi peningkatan aktivitas makrofag dan peningkatan kadar NO serta MDA dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pengukuran kadar TNF-α.menunjukkan pemberian ekstrak Bangle dapat menurunkan kadar TNF-α dibandingkan dengan kontrol positif dan kadar TNF-α paling rendah didapatkan pada kelompok yang distimulasi dengan Bangle dan diterapi dengan Artemisinin. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian ekstrak Bangle pada kasus malaria dapat berperan sebagai imunostimulan dengan meningkatkan aktivitas makrofag dan menurunkan sitokin proinflamasi.en_US
dc.publisherFak. Kedokteran'13en_US
dc.relation.ispartofserieshibah bersaing;26
dc.subjectBangleen_US
dc.subjectimunostimulanen_US
dc.subjectmakrofagen_US
dc.subjectTNF-αen_US
dc.subjectajuvanen_US
dc.subjectmalariaen_US
dc.titlePENGEMBANGAN EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber Cassumunar Roxb.) TERSTANDAR MENJADI GRANUL EFERVESEN SEBAGAI TERAPI AJUVAN UNTUK MENCEGAH KOMPLIKASI PADA MALARIAen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record