dc.description.abstract | Turki dan Israel menjalin kedekatan hubungan diplomatik dan bilateral sejak tahun 1949. Hubungan kedua negara
mengalami fluktuatif seperti negara-negara lainnya, namun secara umum dapat dikatakan stabil. Turki dan Israel
menempatkan perwakilan diplomatik dengan jabatan tertinggi, yaitu Duta Besar di masing-masing negaradan menyepakati
kerjasama di bidang militer, ekonomi serta pariwisata. Kerjasam-kerjasama tersebut telah berlangsung selama 20 tahun dan
mendatangkan banyak keuntungan bagi kedua negara. Hubungan Turki dan Israel berada di titik terendah ketika terjadi
peristiwa Mavi Marmara. Peristiwa Mavi Marmara terjadi di perairan internasional dekat blokade Gaza pada 31 Mei 2010
dini hari. Pada peristiwa tersebut, kelompok militer Israel melakukan serangan terhadap iring-iringan kapal bantuan
kemanusiaan yang dipimpin kapal M. V. Mavi Marmara asal Turki. Pada saat itu, iring-iringan kapal sedang berlayar menuju
Gaza untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza. Peristiwa tersebut mengakibatkan sembilan
korban tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Penelitian dalam artikel jurnal ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan
dampak peristiwa Mavi Marmara terhadap hubungan diplomatik Turki Israel. Delapan dari sembilan korban tewas
merupakan warga negara Turki sehingga menimbulkan kemarahan warga dan pemerintahan Turki. Turki menuntut Israel
untuk meminta maaf secara resmi, membayar kompensasi kepada keluarga korban tewas dan membuka blokade Gaza.
Namun, Israel menolak memenuhi tuntutan Turki sehingga Turki memutuskan untuk menurunkan tingkat perwakilan
diplomatik Turki di Israel dari Duta Besar ke Sekretaris Kedua, mengusir Duta Besar Israel, dan membekukan hubungan
militer. Selain itu, Peristiwa tersebut juga berdampak negatif pada kerjasama bilateral kedua negara | en_US |