Show simple item record

dc.contributor.authorCHRYSNANDA MARYSKA
dc.date.accessioned2013-12-06T01:10:13Z
dc.date.available2013-12-06T01:10:13Z
dc.date.issued2013-12-06
dc.identifier.nimNIM072210101079
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/5307
dc.description.abstractUntuk memudahkan distribusi jambu biji maka digunakan teknik pengemasan karena jambu biji termasuk komoditi pangan yang mudah rusak dan mengalami penurunan kesegaran. Rusaknya jambu biji diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya proses respirasi. Respirasi merupakan proses biologis yang terjadi pada buah pra panen dan pasca panen. Proses respirasi menghasilkan senyawa volatile berupa karbondioksida, air dan energi. Karbondioksida hasil respirasi akan sedikit larut dengan air dan membentuk asam karbonat, H2CO3. Lalu asam tersebut akan bersifat dapat balik untuk membentuk ion hidronium, H3O+ dan ion bikarbonat. Terjadi akumulasi jumlah CO2 pada jambu biji yang telah dikemas. Akumulasi tersebut dapat mengakibatkan peningkatan jumlah atom H+ dalam atmosfer kemasan. Secara umum, masyarakat menilai tingkat kesegaran buah berdasarkan warna dan kekerasannya. Sehingga diperlukan kemasan pintar yang mampu memberikan informasi mengenai kesegaran jambu biji di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi sensor berupa membran bromfenol biru yang mampu mendeteksi peningkatan jumlah asam dalam kemasan pintar. Membran bromfenol biru akan mengalami perubahan warna menjadi mulai hijau pada suasana asam. Sehingga konsumen dapat memperoleh jambu biji dengan tingkat kesegaran terjamin. Metode pembuatan membran BFB menggunakan teknik imobilisasi adsorpsi. Dengan material pendukung berupa kertas saring Whatman no. 3MM yang dicelupkan ke dalam larutan bromfenol biru pH 3, 8. Membran tersebut selanjutnya diletakkan pada bagian dalam plastic wrap yang membungkus wadah styrofoam berisi jambu biji dengan berat ±200 gram. Setelah itu, kemasan jambu biji tersebut diletakkan pada suhu ruang dan suhu chiller. Kualitas kesegaran jambu biji diamati x berdasarkan beberapa parameter yaitu, total padatan terlarut (TPT), pH, kekerasan dan intensitas warna hijau jambu biji. Colour reader digunakan untuk mengukur intesitas warna, Penetrometer untuk mengukur tingkat kekerasan. Refractometer digunakan untuk mengukur kadar gula, dan pH meter digunakan untuk mengukur pH buah jambu biji. Sedangkan intesitas warna biru pada membran diamati dengan menggunakan program CorelDraw X4. Pengamatan perubahan parameter kesegaran buah dan intensitas warna membran diamati setiap hari hingga buah membusuk. Membran BFB menunjukkan perubahan warna dari biru menjadi mulai hijau secara bertahap selama penyimpanan. Semakin hijau warna membran, maka tingkat kesegaran jambu biji semakin rendah. Pada penyimpanan suhu ruang, perubahan warna membran menjadi mulai hijau terjadi pada hari ke 5. Sedangkan pada penyimpanan suhu chiller, warna membran mulai hijau pada hari ke 17. Saat membran mulai menghijau, kondisi buah sudah tidak segar, ditandai dengan menurunnya intensitas warna hijau buah, menurunnya nilai kekerasan buah, meningkatnya TPT buah dan meningkatnya pH buah dibandingkan dengan kondisi awal buah. Kondisi awal buah memiliki nilai -13, 82 untuk intensitas warna hijau, 4,64 mm/10s untuk tingkat kekerasan, 5, 30 %brix TPT dan nilai pH sebesar 3, 94. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perubahan warna membran yang terjadi dapat menunjukkan adanya penurunan kualitas kesegaran pada buah dalam kemasan. Sehingga, membran bromfenol biru dapat digunakan sebagai sensor kesegaran jambu biji pada kemasan pintar.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries072210101079;
dc.subjectMembran Bromfenol Biru, Kemasan Pintar, Sensor Kesegaranen_US
dc.titleAPLIKASI MEMBRAN BROMFENOL BIRU PADA KEMASAN PINTAR SEBAGAI SENSOR KESEGARAN BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record