dc.description.abstract | Masyarakat Indonesia saat ini pada umumnya lebih menyukai menggunakan
bahan alam sebagai obat. Hal ini dinyatakan oleh Pramono (2002), Obat tradisional
dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah ke bawah terutama dalam
upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Adanya krisis berkepanjangan merupakan
faktor penyebabnya sehingga daya beli masyarakat menurun. Masyarakat juga
banyak beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisonal relatif
lebih aman dibandingkan obat sintetis. Walaupun demikian bukan berarti obat
tradisional tidak mengakibatkan efek samping. Agar penggunaannya optimal, perlu
diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan kelemahan serta
kemungkinan penyalahgunaan obat tradisonal dan tanaman obat. Dengan informasi
yang cukup, diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih suatu produk obat
tradisonal atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan (Pramono, 2002). Salah satu
tanaman obat tradisional yang banyak dijumpai di Kabupaten Jember dan telah
dikenal masyarakat adalah tanaman mimba.
Pada penelitian – penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa pada tanaman
mimba memiliki aktivitas farmakologi sebagai antijamur, antibakteri, antivirus, obat
cacing, antialergi, dan anti kanker baik in vitro maupun in vivo (Arivazaghan et al.,
2000: Fatima et al., 2005). Untuk mengetahui berbagai manfaat tanaman mimba
tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi profil protein tanaman mimba. Hal
tersebut dikarenakan protein merupakan salah satu makromolekul yang penting
peranannya dalam makhluk hidup dan juga karena belum banyaknya penelitian
tentang protein tanaman mimba, khususnya daun mimba.Penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika Fakultas Pertanian. Sampel
daun mimba diambil pagi hari dan dimasukkan ke dalam nitrogen cair secepat
mungkin ± 1 menit terhitung sejak daun terpetik. Lalu daun diekstraksi dengan
menggunakan nitrogen cair, buffer ekstrak tris, β-mercaptoetanol, polivinilpirolidon
(PVP), dan triton. Dilakukan sentrifuse dan supernatannya diberi SDS sebelum
dipanaskan. Sebanyak 15 µl sampel yang dimasukkan ke dalam sumur gel untuk
dilakukan elektroforesis.
Gambar hasil elektroforesis dianalisis dengan menggunakan kertas Semi Log.
Dari hasil analisis didapatkan hasil 8 pita (bands), yang berkisar antara 25,2 kDa
sampai 77,8 kDa dengan rincian sebagai berikut : 25,2 kDa, 27,2 kDa, 33 kDa, 36
kDa, 41,6 kDa, 45,6 kDa, 54,2 kDa dan 77,8 kDa. Pita paling atas yaitu pada 77,8
kDa adalah protein dengan berat molekul tinggi, sedangkan pita paling bawah yaitu
pada 25,2 kDa adalah protein dengan berat molekul rendah. Hal ini karena molekul
yang lebih kecil dibanding pori gel dapat bergerak dengan mudah di dalam gel,
sedangkan molekul yang lebih besar hampir tidak bergerak. Pada hasil terlihat pula
pita yang tercat lebih tebal dari pita-pita lainnya yaitu pita dengan berat molekul 54,2
kDa yang menunjukkan bahwa pita tersebut merupakan protein mayor daun mimba.
Sedangkan untuk sifat protein tanaman berdasarkan berat molekulnya menunjukkan
bahwa protein daun mimba tidak ada yang berpotensi menimbulkan alergi, namun
ada beberapa protein yang berpotensi memiliki daya racun.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa profil
protein ekstrak cair daun mimba (azadirachta Indica Juss) telah teridentifikasi
sebanyak 8 pita (band) protein, yang berkisar antara 25,2 kDa sampai 77,8 kDa
dengan rincian sebagai berikut : 25,2 kDa, 27,2 kDa, 33 kDa, 36 kDa, 41,6 kDa, 45,6
kDa, 54,2 kDa dan 77,8 kDa. Diantaranya terdapat pita protein yang tercat lebih tebal
yaitu pita dengan berat molekul 54,2 kDa yang merupakan protein mayor daun
mimba. | en_US |