dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan relasi kuasa laki-laki atas
perempuan; eksistensi tokoh perempuan; kekuasaan dan dominasi patriarki
terhadap perempuan yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami, Nayla
karya Djenar Maesa Ayu dan Tarian Bumi karya Oka Rusmini; serta
mendeskripsikan ideologi kepengarangan perempuan Ayu Utami, Djenar Maesa
Ayu, dan Oka Rusmini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan struktural dan feminisme. Pendekatan struktural digunakan untuk
mempermudah memahami unsur-unsur novel yang berupa tema, tokoh dan
perwatakan, serta latar. Teori yang digunakan dalam feminisme adalah teori
feminisme multikultural.
Melalui pendekatan struktural, diperoleh gambaran sebagai berikut: tema
mayor novel Saman adalah setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tokoh
utama novel Saman adalah Saman atau Wisanggeni, sedangkan tokoh
bawahannya adalah Shakuntala, Laila, Yasmin, Cok, Upi, dan Sihar. Novel
Saman memiliki latar tempat yang beragam antara lain central Park, New York,
pabrik kilang minyak, Perabumulih, Gereja, dan Lubukrantau. Latar waktu cerita
berlangsung selama 34 tahun, yaitu dari tahun 1962 sampai 1996. Latar sosial
dalam novel Saman menjelaskan tentang penggambaran kehidupan New York dan
kehidupan gereja.
Tema dalam novel Nayla adalah kekerasan dan pelecehan seksual dapat
mempengaruhi perilaku anak. Tokoh utamanya adalah Nayla, sedangkan tokoh
bawahannya antara lain Ibu, Juli, Ben dan Om Indra. Latar tempat yang digunakan
dalam penceritaan adalah diskotek, Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika,
hotel, Polsek, dan kamar kos. Latar waktu yang digunakan yaitu subuh, 11
November 1989, dan malam hari. Latar sosial dalam novel Nayla adalah
penggambaran kehidupan kota metropolitan Jakarta yang berlatar sosial
kehidupan modern, kehidupan malam diskotek, kehidupan di Rumah Perawatan
Anak Nakal dan Narkotika.
Tema dalam novel Tarian Bumi adalah pendobrakan terhadap kemapanan
sistem yang sudah tidak sesuai dengan permasalahan saat ini. Tokoh utamanya
adalah Telaga, sedangkan tokoh bawahannya adalah Luh Sekar, Luh Kenten, Ida
Bagus Ngurah Pidada, dan Wayan Sasmitha. Latar tempat penceritaan berlokasi di
Bali terutama di wilayah Kumbasari, Ubud, dan Griya. Sedangkan latar waktunya
adalah malam hari, pagi hari, dan 30 September. Latar sosial yang digunakan
adalah struktur kehidupan sosial masyarakat Bali yaitu penggolongan masyarakat
berdasarkan kasta.
Melalui pendekatan feminisme multikultural ditemukan adanya relasi
kuasa antara laki-laki dan perempuan yang sebagian besar dipengaruhi oleh
konstruksi masyarakat. Tokoh perempuan dalam ketiga novel ini adalah
perempuan mandiri, memiliki pemikiran kritis, dan berusaha menunjukkan
eksistensinya agar keberadaannya diakui dalam masyarakat. Ketiga pengarang
perempuan ini dianggap sebagai penulis sastrawangi yang berusaha untuk
menyuarakan ideologi perempuan. Ketiga penulis tersebut memiliki ideologi yang
berbeda dalam menceritakan permasalahan perempuan. Ayu Utami dan Djenar
Maesa Ayu mengungkapkan mitos keperawanan, seksualitas laki-laki dan
perempuan, serta kehidupan kota metropolitan sebagai objek penceritaan.
Sedangkan Oka Rusmini lebih menyorot kehidupan perempuan Bali yang
terkungkung kebebasannya karena masalah kasta dan peraturan-peraturan dalam
masyarakat | en_US |