dc.description.abstract | Diare masih menjadi masalah kesehatan yang penting di dunia dengan insiden
yang tinggi baik di negara industri maupun berkembang. Menurut catatan Unicef, di
Negara berkembang setiap detik satu balita meninggal karena diare. Sedangkan di
Indonesia, menurut Surkesnas (Survei Kesehatan Nasional) (2001) diare merupakan
salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, penyebab kematian balita
tertinggi terdapat pada tahun 1986 dengan proporsi sebesar 15,5% sedangkan pada
tahun 1992 menurun menjadi 11% namun meningkat kembali pada tahun 1995
menjadi 13,9% dan pada tahun 2001 berdasarkan pada data Surkesnas diketahui
bahwa proporsi diare mengalami penurunan sebesar 9,4%. Masyarakat sering
menganggap diare sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional
fakta menunjukkan sebaliknya.
Penggunaan tanaman obat atau bahan obat yang berasal dari alam akhir-akhir
ini berkembang sangat pesat dan kembali diminati, terlebih dengan adanya isu back to
nature. Hal ini terbukti dengan semakin dikembangkannya produk obat-obatan yang
berasal dari bahan alam. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia memiliki
banyak tanaman obat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan
penyakit yang dideritanya, salah satu diantaranya adalah daun sambiloto
(Andrographis paniculata) yang dapat kita manfaatkan sebagai obat diare. Sambiloto
merupakan tanaman yang cukup banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan
mudah diperoleh sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan diare. Pada daun
beluntas yang tua dan segar terdapat kandungan Flavonoid yang mempunyai aktivitas
sebagai antidiare. Dimana, flavonoid memiliki kemampuan untuk menghambat
motilitas intestinal dan sekresi air-elektrolit. Tanin yang berfungsi sebagai astringen
dengan menciutkan permukaan usus atau zat yang bersifat proteksi terhadap mukosa
usus. Serta zat pahit Andrograpolid yang berfungsi sebagai antidiare melawan E. coli
yang menyebabkan diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antidiare ekstrak daun sambiloto dan perbandingannya pada beberapa dosis pada
mencit jantan yang diinduksi minyak jarak.
Uji aktivitas antidiare ekstrak daun sambiloto dilakukan dengan metode
proteksi terhadap minyak jarak. Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak
daun sambiloto dengan metode remaserasi menggunakan pelarut etanol 96%
redestilasi. Loperamid HCl 1,3 mg/kg BB digunakan sebagai kontrol positif dan
CMC Na 0,5% 0,2 ml digunakan sebagai kontrol negatif. Dosis ekstrak daun
sambiloto yang digunakan adalah 250 mg/kg BB; 500 mg/kg BB; 1000 mg/kg BB;
2000 mg/kg BB. Semua dosis perlakuan diberikan secara oral. Satu jam setelah
perlakuan, semua mencit diberi 0,5 ml minyak jarak secara oral kemudian diamati
respon yang terjadi pada tiap 30 menit selama 5 jam.
Berdasarkan hasil uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk
bobot feses dan frekuensi terjadinya diare, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa
terdapat salah satu atau lebih perlakuan yang memiliki perbedaan yang bermakna
pada bobot feses dan frekuensi terjadinya diare antara bahan uji (ekstrak daun
beluntas dengan dosis 250 mg/kg BB; 500 mg/kg BB; 1000 mg/kg BB; dan 2000
mg/kg BB) dengan loperamid HCl. Dari hasil uji LSD dapat diketahui bahwa ekstrak
daun sambiloto dengan dosis 2000 mg/kg BB memiliki aktivitas antidiare yang relatif
sama dengan loperamid HCl. | en_US |