KAJIAN AKTIVITAS ANTITUMOR DAN PREBIOTIK SENYAWA TURUNAN EP IGLU KAM ( 1 ->3),( I ->6)-B-GLUKAN EKSTRASELLULER DARI EPicoccum nigrum Ehrenb. Ex Schlecht
Abstract
potensi sifat antitumor dari senyawa polisakarida ektraselluler (1+3; 1-+6)-Bglukan
(epiglukan) yang dihasilkan oleh Epicoccum nigrum telah diuji secata in
vitro. Senyawa ini terbukti dapat menghambat pertumbuhan sel kanker leukemia
dengan nilai LCso 22,05 trtglL. Meskipun demikian uji spesifisitas senyawa ini
terhadap jenis-jenis tumor maupun uji secara in vivo masih belum dilakukan'
Sifat antitumor dari epiglukan yang bersifat sukar larut dalam air, potensi
antitumornya berpeluang untuk bisa ditingkatkan melalui proses modifikasi secara
kimiawi termasuk proses karboksimetilasi dan sulfatasi seperti senyawa B-glukan
yang lain yang memiliki frekuensi percabangan berbeda'
Penelitian ini diarahkan pada pencarian metode modifikasi kimiawi untuk
menghasilkan turunan polisakarida yang lebih aktif atau memiliki fungsionalitas
yang lebih baik.
Sulfatasi dan karboksilasi merupakan altemative yang dapat dipakai untuk
meningkatkan fungsionalitas polisakarida, seperti yang teiah dibuktikan oleh Zang
and Cheun g (2OOZ) pada polisakarida (lentinan) yang dihasilkan oleh Lentinus
edodes dan polisakarida yang diproduksi oleh Poria cocos sclerotium (Wang et al"
2004). Modifikasi semacam ini mungkin dapat diterapkan untuk meningkatkan
fungsionalitas epiglukan, dan tidak menutup peluang modifikasi ini akan
menghasilkan turunan yang lebih baik dibanding turunan lentinan. Permasalahan
yang sekarang perlu dikaji adalah terkait dengan bentuk dan struktur percabangan
epiglukan yang berbeda dengan lentinan. Tentu saja, kalau epiglukan mengalami
modifikasi, produk turunannya akan memiliki sifat yang berbeda pula dan masih
belum diketahui seberapa besar potensi dan sifat bioaktifnya. Oleh karena itu perlu
dikaji metode substitusi baik sulfatasi maupun karboksimetilasi serta hidrolisis
enzymatic yang sesuai'untuk menghasilkan turunan epigluknn yang lebih unggul
dan bahkan dapat menghasilkan turunan produk yang memiliki manfaat baru yang
lebih menjanjikan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proses modifikasi epiglukan secara sulfatasi
menghasilkan turunan epiglukan yang memiliki tingkat kelarutan dalam air lebih
tinggi. uji anti tumor secara in vitro menggunakan sel leukemia L1210
menunjukkan adanya penurunan nilai LCso turunan epiglukan secara sulfatasi. Nilai
LCso dari senyawa asal, epiglucan, adalah 22 p'glL, sedangkan nilai LCso dari
senyawa turunannya adalah 14 pglL. Hal ini berarti terjadi peningkatan
kemampuan turunan epiglukan dalam menghambat pertumbuhan tumor leukemia
cell. Kasus peningkatan sifat antitumor dari senyawa hasil sulfatasi semacam ini
pemah dilaporkan terjadi pada sulfatasi (1-+3)-ct-D-glukan dari Ganoderma
lucidum oleh Zang et al. (2000).
Turunan epiglukan secara karboksimetilasi mengalami perubahan kelarutan secara
drastis. Epiglukan yang semula sama sekali tidak bisa larut dalam air dingin, setelah
dikarboksimetilasi kelarutannya dalam air dingin sangat tinggi. Selain terjadi
peningkatan kelarutan pada epiglukan hasil karboksimetilasi, sifat aktivitas
antitumor dari senyawa turunan ini juga sepertinya menunjukkan adanya
peningkatan. Nilai LCso dari senyawa asal, epiglucan, adalah 22 pglL, sedangkan
nilai LC56 dari senyawa turunannya adalah 13 pglL. Hal ini berarti terjadi
peningkatan kemampuan turunan epiglukan dalam menghambat pertumbuhan
tumor leukemia cell. Kasus peningkatan sifat antitumor dari senyawa hasil
karboksimetilasi semacam ini pernah dilaporkan terjadi pada (l+3)-cr-D-glukan
dari Ganoderma lucidum oleh Zhang et al. (2000).
Produk turunan epiglukan secara sulfatasi dan karboksimetilasi yang diuji sifat
antitumornya secara in vitro menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
senyawa turunan ini dalam menghambat pertumbuhan sel tumor tersebut.
Seberapa besar tingkat kenaikan kemampuan menghambat pertumbuhan tumor
senyawa turunan epiglukan ini hanya dilihat dari nilai LCso dari masing-masing
senyawa turunan. Melalui proses sulfatasi dan karboksimetilasi epiglukan akan
mengalami proses substitusi pada rantai utama maupun rantai cabang. Derajat
substitusi ini akan mempengaruhi fitur struktur dan konformasi senyawa turunan
epiglukan ini dalam pelarut air. Perbedaan struktur dan konformasi inilah yang
diduga berkaitan erat dengan aktivitas biologis dari turunan epiglukan seperti yang
pemah ditunjukkan oleh Bao et al. (2001) yang membandingkan aktivitas
immunologi polisakarida (1+3)-B-D-glukan dan beberapa turunannya yang
dihasilkan oleh spora Ganoderma lucidum. Hasil pengujiannya menunjukkan adanya dugaan bahwa derajat substitusi pada rantai utama dan panjang rantaicabang
berkaitan erat dengan bioaktivitas senyawa glukan yang dimaksud.
Meskipun sudah ada beberapa turunan glukan baik yang dilakukan secara sulfatasi
maupun karboksimetilasi yang dapat menghambat pertumbuhan sel tumor,
bagaimana sebenarnya mekanisme senyawa ini melakukan penghambatan terhadap
sel tumor itu sendiri masih belum jelas. Hamuro dan cihara (1973) menyatakan
bahwa polosakarida mampu mengubah struktur cr-heliks serum albumin bovine.
Dengan kemampuan ini polisakarida mungkin memiliki pengaruh signifikan
terhadap struktur protein dan karakter dari permukaan sel cell tumor seperti yang
ditunjukkan oleh Maeda et al. (1974). Hasil penelitian yang lain menunjukkan
terjadinya proses penetralan oleh turunan dextran hasil sulfatasi terhadap muatan
permukaan sel-sel tumor sehingga terjadi kontak antar sel tumor yangdapat
menyebabkan sel tumor tersebut berhenti membelah (Ambrose et a1., 1956)' Liu et
al. (2000) juga melaporkan adanya penghambatan adhesi sel-sel tumor payudara
carcinoma (MCF-7 dan MDA-M8231) menjadi berbagai substrata sel tumor baru.
Terjadinya penghambatan ini diduga karena adanya gugusdn yang tersulfatasi, berat
molekul dan juga struktur polisakarida yang tersufatasitersebut.
Pengujian kelarutan terhadap turunan epiglukan baik yang dilakukan secara
sulfatasi maupun karboksimetilasi menunjukkan adanya peningkatan tingkat
kelarutan. Senyawa induk epiglukan yang semula sulit dan sama sekali tidak larut
dalam air dingin, setelah mengalami modifikasi baik secara sulfatasi maupun
karboksimetilasi menjadi larut dalam air dingin. Terjadinya peningkatan kelarutan
ini diduga karena terjadinya substitusi gususan hidroksil oleh karboksimetil dan
sulfat yang lebih bersifat polar. Peningkatan kelarutan inijuga diduga terjadi akibat
adanya penurunan berat molekul epiglukan selama proses sulfatasi maupun
karboksimetilasi. Selama proses sulfatasi maupun karboksimetilasi, sebagian
epiglukan dapat mengalami hidrolisis menjadi polisakarida yang panjang rantainya
lebih pendek. Hidrolisis sebagian inididuga akan meningkat jikalau proses sulfatasi
maupun karboksimetilasinya dilakukan pada suhu yang lebih tinggi, seperti yang
terjadi pada proses sulfatasi (l+3)-o-D-glukan dati Lentinus Edode's (zhang et al.
2002). Proses karboksimetilasi glukan linier, curdlan, diatas 55'c juga dapat
menghilangkan interaksi hidrofobik antar gugusan methylen yang terbentuk dikarbon c-6 akibat munculnya gugusan karboksimetil yang hidrofilik (Jin et al.,
2006).
Terjadinya peningkatan kelarutan akibat proses sulfatasi dan karboksimetilasi
terhadap epiglukan dapat menyebabkan viskositas eairannnya menjadi sangat
rendah. Ini berarti bahwa turunan epiglukan hasil sulfatasi dan karboksimetilasi
tidak memiliki potensi sebagai bahan pengental pada produk makanan.
Collections
- LRR-Hibah Fundamental [144]