Show simple item record

dc.contributor.authorAlviona Noer Isnani
dc.date.accessioned2013-12-03T11:04:15Z
dc.date.available2013-12-03T11:04:15Z
dc.date.issued2013-12-03
dc.identifier.nimNIM081810301043
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3268
dc.description.abstractPatin (Pangasius djambal) merupakan salah satu ikan yang mudah berkembang biak di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan gamat ikan patin yang hidup di daerah tropis lebih cepat daripada patin yang hidup di daerah subtropis. Berdasarkan data Dirjen Perikanan Budidaya DKP, 2011 mengenai kenaikan permintaan ikan patin sebesar 41,67% per tahun dimana sekitar 39.000 ton pada tahun 2007 menjadi 78.000 ton pada tahun 2009. Patin mengandung protein 68,6%, lemak 5,8%, abu 3,5%, dan air 59,3% (Ghufran, 2010). Patin mempunyai kandungan minyak yang cukup banyak jika dibandingkan dengan jenis ikan tawar lainnya, seperti ikan gabus dan ikan mas yaitu 4,0% dan 2,9% (Panagan, dkk, 2011) sehingga patin mempunyai potensi untuk diekstrak sebagai sumber asam lemak yang kaya akan manfaat. Penelitian Panagan, dkk (2011) yang menggunakan metode rendering basah menunjukkan bahwa ekstrak minyak ikan patin mengandung asam lemak tak jenuh yang termasuk omega-3 yaitu EPA dan DHA. Dewasa ini masyarakat mendambakan bahan pangan khususnya daging dengan kandungan rendah lemak. Oleh karena itu suatu tantangan bagi peneliti untuk menjadikan daging ikan patin yang lebih baik kandungan trigliseridanya. Salah satu pendekatan yang potensial untuk memperbaiki trigliserida adalah melalui penggunaan bakteri asam laktat sebagai probiotik. Ekstraksi merupakan proses pemisahan minyak ikan patin dari dagingnya sehingga diperoleh asam lemak yang kemudian dikarakterisasi sifat fisika dan kimianya. Rendering basah paling banyak dilakukan oleh industri pengolahan minyak ikan karena cukup efektif dilakukan terhadap ikan berlemak tinggi dan dalam jumlah besar. Sedangkan ekstraksi rendering kering pada prinsipnya sama dengan rendering basah namun tidak menggunakan air untuk melepaskan minyaknya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan profil dan karakteristik minyak ikan patin yang diberi variasi metode ekstraksi dan variasi pakan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa profil asam lemak dalam ekstrak minyak ikan patin (Pangasius djambal) yang diberi pakan pellet saja dan diekstrak dengan metode rendering basah memiliki jenis dan jumlah asam lemak yang lebih banyak dibandingkan yang diekstrak dengan metode rendering kering. Sedangkan karakteristik minyak ikan patin paling bagus diperoleh dari rendering kering yang diindikasikan oleh prosentase rendemen yang tinggi, angka asam yang rendah, bilangan penyabunan yang rendah, angka peroksida yang rendah, dan bilangan iod yang besar. Selain itu, probiotik dalam pellet ikan juga dapat mempengaruhi profil asam lemak dalam ekstrak minyak ikan yakni meningkatkan omega-9 sebesar 3,06%. Karakteristik dari ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet saja sifatnya lebih bagus dibandingkan ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet dicampur probiotik. Hal ini dapat diketahui dari bilangan iod dari ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet saja nilainya lebih besar daripada ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet dicampur probiotik. Sedangkan bilangan penyabunan dari ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet dicampur probiotik nilainya lebih kecil daripada ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet. Jadi meskipun rantai karbon penyusun asam lemak dari ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet dicampur probiotik panjang dan prosentase rendemennya tinggi tetapi ikatan rangkapnya lebih sedikitsehingga derajat ketakjenuhannya lebih rendah.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries081810301043;
dc.subjectKARAKTERISASI MINYAK IKAN PATINen_US
dc.titleEKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI MINYAK IKAN PATIN YANG DIBERI PAKAN PELLET DICAMPUR PROBIOTIKen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record