dc.description.abstract | Patin (Pangasius djambal) merupakan salah satu ikan yang mudah
berkembang biak di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan gamat
ikan patin yang hidup di daerah tropis lebih cepat daripada patin yang hidup di
daerah subtropis. Berdasarkan data Dirjen Perikanan Budidaya DKP, 2011
mengenai kenaikan permintaan ikan patin sebesar 41,67% per tahun dimana
sekitar 39.000 ton pada tahun 2007 menjadi 78.000 ton pada tahun 2009. Patin
mengandung protein 68,6%, lemak 5,8%, abu 3,5%, dan air 59,3% (Ghufran,
2010). Patin mempunyai kandungan minyak yang cukup banyak jika
dibandingkan dengan jenis ikan tawar lainnya, seperti ikan gabus dan ikan mas
yaitu 4,0% dan 2,9% (Panagan, dkk, 2011) sehingga patin mempunyai potensi
untuk diekstrak sebagai sumber asam lemak yang kaya akan manfaat.
Penelitian Panagan, dkk (2011) yang menggunakan metode rendering
basah menunjukkan bahwa ekstrak minyak ikan patin mengandung asam lemak
tak jenuh yang termasuk omega-3 yaitu EPA dan DHA. Dewasa ini masyarakat
mendambakan bahan pangan khususnya daging dengan kandungan rendah lemak.
Oleh karena itu suatu tantangan bagi peneliti untuk menjadikan daging ikan patin
yang lebih baik kandungan trigliseridanya. Salah satu pendekatan yang potensial
untuk memperbaiki trigliserida adalah melalui penggunaan bakteri asam laktat
sebagai probiotik. Ekstraksi merupakan proses pemisahan minyak ikan patin dari dagingnya
sehingga diperoleh asam lemak yang kemudian dikarakterisasi sifat fisika dan
kimianya. Rendering basah paling banyak dilakukan oleh industri pengolahan
minyak ikan karena cukup efektif dilakukan terhadap ikan berlemak tinggi dan
dalam jumlah besar. Sedangkan ekstraksi rendering kering pada prinsipnya sama
dengan rendering basah namun tidak menggunakan air untuk melepaskan
minyaknya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan profil
dan karakteristik minyak ikan patin yang diberi variasi metode ekstraksi dan
variasi pakan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa profil asam
lemak dalam ekstrak minyak ikan patin (Pangasius djambal) yang diberi pakan
pellet saja dan diekstrak dengan metode rendering basah memiliki jenis dan
jumlah asam lemak yang lebih banyak dibandingkan yang diekstrak dengan
metode rendering kering. Sedangkan karakteristik minyak ikan patin paling bagus
diperoleh dari rendering kering yang diindikasikan oleh prosentase rendemen
yang tinggi, angka asam yang rendah, bilangan penyabunan yang rendah, angka
peroksida yang rendah, dan bilangan iod yang besar. Selain itu, probiotik dalam
pellet ikan juga dapat mempengaruhi profil asam lemak dalam ekstrak minyak
ikan yakni meningkatkan omega-9 sebesar 3,06%. Karakteristik dari ekstrak
minyak ikan yang diberi pakan pellet saja sifatnya lebih bagus dibandingkan
ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet dicampur probiotik. Hal ini dapat
diketahui dari bilangan iod dari ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet saja
nilainya lebih besar daripada ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet
dicampur probiotik. Sedangkan bilangan penyabunan dari ekstrak minyak ikan
yang diberi pakan pellet dicampur probiotik nilainya lebih kecil daripada ekstrak
minyak ikan yang diberi pakan pellet. Jadi meskipun rantai karbon penyusun asam
lemak dari ekstrak minyak ikan yang diberi pakan pellet dicampur probiotik
panjang dan prosentase rendemennya tinggi tetapi ikatan rangkapnya lebih sedikitsehingga derajat ketakjenuhannya lebih rendah. | en_US |