dc.description.abstract | Hipertensi primer adalah salah satu jenis penyakit kronis dan seseorang
yang telah terdiagnosis hipertensi primer akan membawa penyakit tersebut
sepanjang hidupnya. Prevalensi hipertensi primer di Kabupaten Jember mencapai
61.523 kasus dengan prosentase 44,2% kasus berada pada kelompok usia
pertengahan (45-59 tahun). Prevalensi hipertensi primer di Kecamatan Balung
mengalami kenaikan yaitu tahun 2010 dengan 458 kasus, menjadi 1495 kasus
pada tahun 2011. Desa Balung Lor prevalensi hipertensi tertinggi dari desa
lainnya di Kecamatan Balung yaitu dengan jumlah 198 kasus.
Gejala hipertensi kadang tidak dirasakan oleh pasien namun saat gejala
muncul seperti pusing, kaku tengkuk, kaku bahu, kesemutan dan gejala lainnya
maka akan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Hipertensi yang tidak
dirawat dengan baik dapat mengakibatkan komplikasi yaitu kematian karena
payah jantung, infark miokardium, gagal ginjal dan stroke. Pemeriksaan tekanan
darah secara teratur merupakan salah satu upaya pencegahan untuk dapat
mengetahui nilai tekanan darah seseorang yang terdiagnosis hipertensi primer.
Meditasi Garuda merupakan teknik pembinaan olah nafas dasar pada
perguruan silat di Indonesia khususnya Perguruan Silat Merpati Putih yang dapat
menurunkan tekanan darah. Penerapan Meditasi Garuda merupakan salah satu
penerapan terapi komplementer keperawatan yang dapat mengajarkan pasien
melakukan meditasi.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh Meditasi
Garuda terhadap tekanan darah dan gejala hipertensi pada pasien hipertensi usia
pertengahan di Desa Balung Lor Kecamatan Balung Kabupaten Jember. Desain
penelitian menggunakan quasy experiment dengan menggunakan pendekatan
randomized with control group pretest posttest. Populasi penelitian ini berjumlah
72 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 62 orang. Analisis statistik
menggunakan Independent-t-Test untuk mengetahui pengaruh Meditasi Garuda
terhadap tekanan darah dan gejala hipertensi.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa; karakteristik responden
berdasarkan umur terbanyak berada pada usia pertengahan awal yaitu 45 tahun
(27,4%) dan usia rata-rata responden 50,18 tahun. Berdasarkan pendidikan
terbanyak pada tingkat SD yaitu 30 orang (48,38%). Berdasarkan pekerjaan yaitu
sebagai petani 23 orang (37,09%) dan berdasarkan lama waktu sakit yaitu sakit
sejak 4 tahun yang lalu 20 orang (32,25%).
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa; tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel umur, pekerjaan dan lama sakit hipertensi dengan
tekanan darah dan gejala hipertensi sebelum penerapan Meditasi Garuda. Terdapat
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tekanan darah (Sistol, pvalue
=
0,000;
Diastol,
p-value
=
0,001)
dan
tidak
terdapat
hubungan
pendidikan
dengan
gejala hipertensi (p-value = 0,559) sebelum penerapan Meditasi Garuda.
Sementara itu, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik
responden dengan perubahan tekanan darah dan gejala hipertensi setelah
penerapan Meditasi Garuda.
Hasil analisis komparasi menggunakan Paired-t-Test menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah dan gejala hipertensi setelah
penerapan Meditasi Garuda pada kelompok perlakuan (p-value = 0,000). Nilai t
negatif artinya terdapat penurunan tekanan darah dan gejala hipertensi setelah
penerapan Meditasi Garuda. Terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah
dan gejala hipertensi pada kelompok kontrol setelah pengukuran pre-post (p-value
, sistole = 0,002; diastol = 0,013; gejala hipertensi = 0,032). | en_US |