Harmoni Sosial Kosmologi Budaya Using: Perspektif Refleksi Realitas Sosial Dan Mimetik Karya Fiksi
Abstract
Penelitian ini memadukan atau mendialogkan antara refleksi realitas social yang ada dalam masyarakat Using dengan nilai-nilai lokalitas yang termuat dalam karya fiksi yang dihasilkan seniman Using. Penelitian ini dilakukan dengan memadukan penelitian lapangan dan kajian pustaka. Ujuan penelitian ini adalah untuk merekonsruksi harmoni social dalam kosmopologi budaya Using, dengan mekanisme memadukan/mendialogkan antara refleksi realitas social dan mimetic yan termuat dalam karya fiksi yang dominan nilai-nilai kultural Using.
Penelitian lapangan dilakukan di Desa Kemiren dan Desa Olehsari (Kabupaten Banyuwangi) dengan focus kosmologi dalam realitas social, sedangkan kajian pustaka difokuskan pada objek karya fiksi yang “berwarna local” Using dengan orientasi pada nilai-nilai kosmologis yang termuat dalam karya-karya tersebut. Penelitian lapangan menggunakan metode etnografi, khususnya perspektif emik, yakni metode yang memandang fenomena social budaya atas dasar sudut pandang masyarakat yang menjadi objek penelitian. Data lapangan dikumpulkan dengan teknik observasi partisipasi dan wawancara terbuka mendalam. Data dalam karya fiksi dikumpulkan dengan teknik identifikasi-deskriptif. Data-data tersebut kemudian diklasifikasi dan ditafsirkan dalam analisis data, yakni analisis cultural untuk data lapangan dan analisis isi untuk data pustaka. Hasil analisis diformulasikan dalam laporan penelitian dan artikel ilmiah.
Pemahaman suatu masyarakat tentang seluk beluk kehidupan mereka maupun dunia senantiasa diformulasikan atau diposisikan di dalam kerangka kosmologi mereka. Ketika masyarakat tersebut menghadapi segala bentuk perubahan, suatu kerangka atau sisttem cara pandang dunia yang kemudian berperan di dalam situasi atau kondisi tersebut adalah kosmologi. Peran kosmologi utamanya adalah membantu/memandu masyarakat dalam melakukan upaya-upaya berkenaan dengan perubahan yang dihadapinya, serta kemudian memastikan agar mereka mencapai kembali harmoni, dengan kaitannya dengan dialektika antara hal-hal baru yan dihadirkan oleh perubahan dengan hal-hal lama yan selama ini mereka ketahui.
Ruang batin meupakan salah satu produk dari konstruksi social budaya yang secara diakronik mengendap dalam kemasan penghayatan, yang kemudian diartikulasikan dalam pola ekspresi simbolik atau dunia symbol, baik secara verbal maupun nonverbal. Ekspresi simbolik yang mengeksploitasi potensi filosofi etimologis dari idiom-idiom local dikenal sebagai kerata basa, sedangkan ekispresi simbolik yang berimplikasi pada dimensi kosmologis berorientasi pada pola numerologis.
Kedua wacana tersebut mengandung sintesis atau sinkretisasi materi yang berbeda melalui identifikasi unsure-unsur yang sama. Ia juga merupakan bentuk reartikulasi dari ide-ide yang kompleks ke dalam idiom-idiom keseharian yang sederhana, atau model local dari multivokalitas sehingga yang menjadi substansi signifikan adalah makna, di samping ekspresi estoriknya. Makna bukanlah sekedar arti, melainkan arti di balik arti tersebut (meaning of meaning).
Collections
- LRR-Hibah Fundamental [144]