dc.description.abstract | Skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan relasi kuasa laki-laki dan
perempuan, eksistensi tokoh perempuan, dan representasi perempuan dalam novel
Supernova-Petir karya Dewi Lestari. Metode yang digunakan dalam skripsi ini
adalah metode kualitatif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
struktural dan feminisme. Pendekatan struktural digunakan untuk mempermudah
memahami unsur-unsur novel yang berupa tema, tokoh dan perwatakan, serta
konflik. Teori yang digunakan dalam feminisme adalah teori feminisme
eksistensialis.
Melalui pendekatan struktural, diperoleh gambaran sebagai berikut: tema
yang terdapat dalam novel Supernova-Petir terdiri atas dua bagian, yaitu tema
mayor dan tema minor. Tema mayor yang terdapat dalam novel Supernova-Petir
adalah seseorang yang mampu mengoptimalkan potensi diri dapat menunjukkan
eksistensinya dalam masyarakat. Tema mayor tersebut didukung oleh tema minor
yang meliputi: (1) cinta dapat mempengaruhi perilaku manusia; (2)
pengembangan segi spiritual berdampak positif bagi kehidupan. Tema-tema minor
tersebut mendukung tema mayor sehingga cerita menjadi utuh.
Elektra sebagai tokoh utama berwatak bulat (round character), dan sesuai
dengan keberadaan tokoh yang menjadi ide cerita. Tokoh utama didukung oleh
tokoh bawahan, antara lain: Dedi, Watti, Ibu Sati, Ni Asih, Mpret, Anggatama
Subagja (kang Atam), Betsye, Mas Yono, Yayah, Mimin, Dodi, Om Lukman,
Tante Yu Lien, Kewoy, Mi’un, dan Bong. Tokoh Dedi dan Ibu Sati berwatak
datar (flat character), sedangkan Watti, Ni Asih, dan Mpret berwatak bulat (round
ix
character). Konflik fisik terjadi antara Dedi, Watti, dan Nelson; Etra, Watti, dan
Andre; Etra dan Watti; Etra dan Mpret; etnis Cina dan warga Bandung; Etra
dengan masyarakat; Etra dan alam; dan masyarakat dengan alam. Konflik batin
terjadi pada ide Etra dan Etra dengan kata hatinya. Adanya konflik membuat
cerita yang disajikan menarik.
Melalui analisis feminisme eksistensialis ditemukan adanya relasi kuasa
laki-laki dan perempuan, eksistensi tokoh perempuan, dan representasi perempuan
dalam novel Supernova-Petir. Tokoh perempuan mengalami ketidakadilan yang
disebabkan gender. Perempuan ditempatkan pada posisi kedua dan selalu menjadi
objek kepuasan laki-laki. Dalam novel tersebut terjadi proses pemutarbalikan
relasi kuasa. Laki-laki bukan berperan sebagai pemegang kuasa yang utuh
terhadap diri perempuan. Keberadaan laki-laki justru mampu menjadi motivator
bagi perempuan untuk mengenali potensi yang dimilikinya. Namun, dalam novel
tersebut juga terdapat tokoh perempuan seperti Watti dan Ni Asih yang
mengalami ketertindasan karena pelecehan yang dilakukan laki-laki.
Perempuan dalam novel Supernova-Petir mampu menunjukkan eksistensi
dirinya dengan bekerja tidak hanya pada ranah domestik saja, tetapi pada bidang
bisnis maupun multilevel. Mereka memiliki kesadaran dalam dirinya untuk
bereksistensi. Eksistensi yang dilakukan adalah prinsip hidup tanpa berhutang,
perempuan karir dan mandiri, cinta dan keyakinan, serta perkawinan dan materi.
Representasi terhadap perempuan ideal dalam masyarakat ternyata
didominasi pada kecantikan fisik. Banyak laki-laki yang mengharapkan
mendapatkan perempuan cantik dan memiliki tubuh yang seksi. Anggapan
masyarakat yang menyebutkan bahwa perempuan ideal adalah yang memiliki
paras dan tubuh seksi, membuat Etra merasa iri pada kecantikan Watti, kakaknya.
Namun, pada akhirnya dia menyadari bahwa keberadaan dirinya dalam
masyarakat bukan ditentukan dari kecantikan fisik, melainkan dari apa yang telah
dilakukan untuk masyarakat. | en_US |