dc.description.abstract | Seiring dengan perkembangannya, teknik berkomunikasi semakin beragam. Akhir-akhir ini hegemoni bahasa sebagai alat politik untuk melegalkan kekuasaan telah dikembangkan. Bahasa digunakan untuk menunjukkan pencitraan yang kemudian digunakan untuk melanggengkan dominasi kekuasaan.
Penelitian ini mengkaji tingkat kesopanan berbahasa dari pendekatan pragmatis yang memandang tingkat semua bahasa dan semua dialek dalam posisi sederajat. Pola tindak tutur kebahasaan dapat dikaji atas beberapa segi, yaitu dari kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari di Surabaya, atau dapat pula dari karya-karya yang menggunakan bahasa Jawa dialek Surabaya sebagai bahasa pengantarnya. Sedangkan objek penelitiannya menggunakan video animasi Grammar Suroboyo pada semua episode yang telah diluncurkan. Pemilihan video animasi Grammar Suroboyo karena video ini berkisar tentang Surabaya, dihasilkan oleh orang yang berdomisili di Surabaya, dan sebagian besar bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Jawa dialek Surabaya.
Pendekatan pragmatis menggunakan enam maksim untuk menentukan jenis tindak kesopanan berbahasa yaitu (1) maksim kearifan yang mengutamakan untuk mengurangi kerugian dan menambahi keuntungan orang lain, (2) maksim kedermawanan yang mengutamakan untuk menambahi kerugian dan mengurangi keuntungan diri sendiri, (3) maksim pujian yang mengutamakan untuk mengurangi cacian dan menambahkan pujian pada orang lain, (4) yang mengutamakan untuk menambahkan cacian dan mengurangi pujian pada diri sendiri, (5) maksim kesepakatan yang menekankan bahwa menyepakati pendapat orang lain lebih sopan daripada menolaknya, dan (6) maksim simpati yang menekankan bahwa seseorang harus berusaha semaksimal mungkin memahami viii
perasaan mitra wicaranya. Keenam maksim tersebut tidak berdiri sendiri. Masih terdapat lima macam skala yang menentukan penggunaannya yaitu skala kerugian dan keuntungan, skala pilihan, skala ketaklangsungan, skala keotoritasan, dan skala jarak sosial.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Karena tidak mungkin penulis bercakap-cakap dengan objek yang berupa video. Maka penulis menggunakan teknik dasar sadap dan teknik lanjutan Simak Bebabs Libat Cakap (SBLC). Untuk memaksimalkan teknik tersebut penulis juga menggunakan teknik Rekam dengan mengunduh video objek dan teknik Catat untuk mentranskrip dialog yang terjadi dalam video tersebut. Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode padan dengan teknik dasar Pilah Unsur Penentu (PUP) dan menggunakan daya pilah sebagai pembeda reaksi. Dalam usaha memadankan unsur pokok, penulis menggunakan teknik hubung banding membedakan (HBB). Sebab dengan teknik ini penulis lebih leluasa mendapatkan unsur pembanding lain yang lebih luas. Adapun untuk penyajian hasil analisis data penulis memilih menggunakan metode informal. Sebab metode ini mampu mencakup pembaca yang lebih luas. Penjelasan dari penyajian analisis juga lebih rinci dan terurai.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperolah temuan terdapat bentuk ungkapan kesopanan berbahasa dalam video animasi Grammat Suroboyo. Bentuk ungkapan tersebut mewakili masing-masing keenam jenis maksim yang ada. Maksim pujian menjadi maksim yang paling sering ditemui dalam dialog antar tokoh video GS. Maksim pujian menjadi maksim yang paling sering ditemui dalam dialog antar tokoh video GS. Seringkali maksud bentuk ungkapan kesopanan berbahasa disampaikan dengan cara tak langsung. Bentuk ungkapan kesopanan berbahasa dalam video tersebut disampaikan dengan pilihan kata yang kadang tampak melecehkan, namun sebenarnya tidak bermaksud demikian. Hal terebut sangat dipengaruhi oleh hubungan di antara dua tokoh utama terjalin sejak mereka masih anak-anak hingga dewasa. Emosi mitra tutur dan konsekuensi tuturan terhadap penutur dijadikan patokan untuk memaknai maksud tuturan tersebut. | en_US |