dc.description.abstract | Penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama
kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu manifestasi
klinis penyakit kardiovaskuler adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK). Berbagai
faktor risiko mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik,
hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait (Depkes RI,
2006). Salah satu bagian dalam perjalanan klinis PJK adalah Sindrom Koroner Akut
(SKA), yang terdiri dari Infark Miokard Akut (IMA) dengan elevasi segmen ST, IMA
tanpa elevasi segmen ST, dan angina pektoris tidak stabil (Rini et al., 2007).
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan keadaan darurat jantung dengan
manifestasi klinis rasa tidak enak didada atau gejala lain sebagai akibat iskemia
miokardium (Nawawi et al., 2006). Pada prinsipnya terapi pada kasus SKA, ditujukan
untuk mengatasi nyeri angina dengan cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya
iskemia serta terjadinya infark miokard akut atau kematian mendadak. Oleh karena
setiap kasus berbeda derajat keparahan atau riwayat penyakitnya, maka cara terapi
terbaik adalah individualisasi dan bertahap, dimulai dengan masuk rumah sakit
(ICCU) dan istirahat total (bed rest) menetap. Adapun kelompok obat yang sering
digunakan pada pengobatan kasus SKA, secara optimal adalah; anti-iskemik,
antitrombin/antikoagulan, antiplatelet, trombolitik/fibrinolitik serta obat tambahan
yakni ACE-Inhibitor dan obat-obat penekan lemak (Depkes RI, 2006).
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat non experimental dan
retrospektif dengan rancangan analisis deskriptif. Sebagai bahan penelitian adalah
data rekam medis penggunaan obat penderita sindrom koroner akut yang menjalani
rawat inap di RSD dr. Soebandi Jember selama Periode Januari-Desember 2011.
ix
Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medis dari seluruh penderita dengan
diagnosis sindrom koroner akut yang menjalani rawat inap di RSD dr. Soebandi
Jember dari tanggal 1 Januari–31 Desember 2011. Besar sampel sebanyak 72 pasien
dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode Total Sampling.
Berdasarkan hasil penelitian telah didapatkan profil demografi pasien, profil
terapi dan analisis kerasionalan pada penggunaan obat SKA rawat inap RSD dr.
Soebandi Jember pada bulan Januari–Desember 2011. Profil demografi pasien
berdasarkan jenis kelamin 52 pasien (72,22%) laki-laki dan 20 pasien (27,78%)
perempuan, usia terbanyak adalah pada 56 – 65 tahun yaitu 25 pasien (34,77%),
diagnosa terbanyak adalah IMA NSTEMI yaitu 34 pasien (47,22%), dengan lama
perawatan terbanyak selama 14 hari yaitu 69 pasien (95,83%), serta ketika keluar
rumah sakit keadaan terbanyak pasien adalah membaik yaitu 35 pasien (48,61%).
Obat – obatan yang digunakan lebih banyak melalui rute peroral yaitu 68 jenis
(73,91%), sedangkan untuk rute parenteral 24 jenis yaitu 26,08%. Obat–obatan yang
digunakan tersebut dianalisis berdasarkan rekomendasi Guidelines yakni Obat
Penurun Lipid sebanyak 54 pasien (75%), ISDN sebanyak 47 pasien (65,28%),
klopidogrel 44 pasien (61,11%), -bloker yaitu 33 pasien (45,83%), aspirin 32 pasien
(44,44%), Heparin yaitu sebanyak 31 pasien (43,06%), Antagonis kalsium yaitu 22
pasien (30,56%), serta ACE-I yaitu 21 pasien (29,17%).
Kerasionalan penggunaan obat oleh pasien yaitu 35 pasien (48,61%) rasional
dan yang 37 pasien (51,39%) tidak rasional. Ketidakrasionalan penggunaan obat
berdampak pada adanya DRPs yang terdiri dari kategori obat tanpa indikasi yang
sesuai 25 pasien (34,72%), indikasi butuh obat 4 pasien (5,55%), obat salah 14 pasien
(19,44%), interaksi obat 13 pasien (18,05%), dosis subterapi 8 pasien (11,11%),
overdosis 12 pasien (16,67%), serta efek samping 14 pasien (19,44%). | en_US |