DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP DAYA SAING BERAS INDONESIA DI PASAR DOMESTIK
Abstract
Liberalisasi perdagangan menghendaki penghapusan bea masuk impor,
keterbukaan pasar serta kesempatan usaha yang tanpa batas (borderless world). Pada
kondisi ini akan berdampak negatif, terutama pada komoditi beras yang secara umum
memiliki daya saing rendah, karena inefisiensi usahataninya.
Tujuan penelitian untuk mengetahui: (a) Tingkat efisiensi penggunaan input di
tingkat usahatani padi, (b) Daya saing komoditi padi di pasar domestik, (c) Faktorfaktor
yang mempengaruhi penawaran dan permintaan beras di pasar domestik. (d)
Permintaan dan penawaran beras di pasar domestik.
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purpousive sampling) di
Kabupaten Jember dan Lumajang, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut
sebagai sentra penghasil beras di Jawa Timur. Data sekunder diperoleh dari data
nasional, sehingga tidak ditentukan daerah penelitian secara spesifik. Metode
pengambilan populasi dan contoh dilakukan secara two stage cluster sampling. Dari
jumlah desa di Kabupaten Jember dan Lumajang maka diperoleh primary sample
unit masing-masing diperoleh 2 desa dengan total sampel yang diperlukan sebanyak
159 orang.
Hasil analisis dengan fungsi keuntungan pada model I menunjukkan bahwa
fungsi permintaan input dari pupuk P tidak efisien dengan Prob > t (0.2854). Kondisi
ini karena petani mengalokasikan pupuk P 20 kg per hektar sedangkan yang
dianjurkan 45 kg per hektar. Hasil analisis nisbah Biaya Sumberdaya Domestik
(BSD) diperoleh sebesar Rp. 3.552.20 atau di bawah harga bayangan (Rp.11.831,65)
sehingga diperoleh nisbah Koefisien Biaya Sumberdaya Domestik (KBSD
)
0.3002. Hal ini berarti komoditi padi memiliki keunggulan komparatif, karena biaya
untuk memproduksi padi di Indonesia hanya membutuhkan 30,02% dari biaya impor,
sehingga pemenuhan beras dalam hal ini padi jika diusahakan dalam negeri akan
mampu menghemat devisa negara sebesar 69,98% dari besarnya biaya impor yang
diperlukan. Hasil analisis Biaya Sumberdaya Domestik (BSD
) diperoleh nisbah
Biaya Sumberdaya Domestik (BSD) Rp. 4.351,47 dan Koefisien Biaya Sumberdaya
Domestik (KBSD
aktual
) 0,4463. Dengan diperoleh KBSD
vi
aktual
< 1, maka usahatani
tanaman padi di daerah penelitian memiliki keunggulan kompetitif, karena dengan
memproduksi padi di dalam negeri maka akan mampu menghemat devisa negara
aktual
sebesar 55,37% dari seluruh biaya impor yang digunakan atau untuk menghasilkan
nilai tambah 1 $ US maka diperlukan biaya input domestik sebesar Rp.4.348 berarti
usahatani tersebut efisien secara finansial dalam pemanfaatan sumberdaya domestik.
Kebijakan pemerintah yang dilakukan selama ini tidak mendukung daya saing
komoditi padi yang ditunjukkan dengan nisbah Effective Protection Coefficient (EPC)
0,67 (pemerintah tidak melakukan proteksi terhadap petani) justru membebani biaya
produksi padi 28% atau nisbah Subsidy Ratio to Producer (SRP) -0,28. Berdasar
Sustainable Competitive Advantage (SCA) komoditi beras belum memiliki daya saing
karena surplus permintaan dari penawaran beras hanya 0,6 juta ton, sedangkan untuk
kepentingan stok membutuhkan 1,5 juta ton beras. Dengan demikian secara umum
beras belum memiliki daya saing di pasar domestik.
Collections
- MT-Agribusiness [159]