SELEKSI SEMBILAN GENOTIPE KOPI ARABIKA DENGAN ANALISIS MULTIVARIAT
Abstract
Krisis kopi dunia yang telah berlangsung lebih dari empat tahun, mulai
menunjukkan tanda pemulihan. Usaha peningkatan nilai ekspor hingga saat ini
masih menemui hambatan karena umumnya kopi Indonesia bermutu rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut maka langkah yang perlu ditempuh oleh petani
sebagai berikut: (1) Mengembangkan varietas kopi arabika unggul pada lahan
yang sesuai. (2) Mengganti tanaman tua dengan tanaman muda varietas unggul
yang dianjurkan (peremajaan). (3) Menerapkan teknik budidaya yang benar, baik
sistem penanaman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
maupun pengaturan naungan. (4) Menerapkan sistem pemanenan dan pengolahan
yang benar, baik cara pemetikan, pengolahan, pengeringan, maupun sortasi. Salah
satu upaya mengembangkan varietas kopi arabika unggul adalah dengan jalan
pemuliaan tanaman, sehingga diperoleh klon kopi arabika yang berproduksi tinggi
dan tahan terhadap penyakit. Penelitian ini bertujuan menentukan respon
vegetatif, generatif, mutu hasil dan respon intensitas penyakit karat daun pada
populasi yang terdiri dari sembilan genotipe kopi arabika yang berumur 12 tahun.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Penelitian Andungsari Kabupaten
Bondowoso milik Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember dengan
ketinggian tempat 1000-1400 m dpl. Tanaman yang diamati adalah tanaman yang
telah berumur 12 tahun yang teridiri dari klon BP 425A, BP 426A, BP 428A, C
48, C 50, P 88, CTM Jaluk, BP 542, dan Kartika 1. Dari sembilan varietas ini
akan diuji hasilnya serta sifat ketahanannya terhadap penyakit karat daun. Data
yang terhimpun diuji menggunakan analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Sembilan genotipe kopi arabika yang diamati
menunjukkan respon vegetatif, generatif, mutu hasil, ketahanan terhadap penyakit
karat daun yang berbeda-beda. Respon vegetatif yaitu: lilit batang, diameter tajuk,
dan jumlah cabang primer umumnya lebih dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan tinggi tanaman masih dipengaruhi oleh faktor genetik. Respon
generatif yaitu: jumlah cabang produktif dan jumlah buah per tanaman umumnya
dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan jumlah dompol per tanaman
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Respon mutu hasil yaitu berat 100 buah dan
respon ketahanan terhadap penyakit karat daun dipengaruhi oleh faktor genetik.
(2) Penggunaan analisis peubah tunggal (univariat) memberikan kesimpulan yang
berbeda dengan analisis peubah ganda (multivariat), apabila respon surface dari
peubah-peubah yang diamati tidak menunjukkan respon yang homogen. (3)
Seleksi sembilan genotipe yang terbaik berdasarkan tiga respon pengamatan yaitu,
jumlah buah per tanaman, berat seratus buah, dan intensitas penyakit karat daun
menunjukkan genotipe BP 426 A merupakan genotipe terbaik dari delapan
genotipa lainnya yang ditunjukkan dengan jarak mahalanobis terjauh sebesar
2,7872
Collections
- MT-Agribusiness [159]