Show simple item record

dc.contributor.authorFEBRINA RAHAYU
dc.date.accessioned2014-01-28T23:54:47Z
dc.date.available2014-01-28T23:54:47Z
dc.date.issued2014-01-28
dc.identifier.nimNIM071610101045
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/26786
dc.description.abstractKanker rongga mulut disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktorial). Kebiasaan buruk yang merupakan salah satu faktor resiko kanker mulut adalah penggunaan tembakau seperti merokok dan menyirih. Kebiasaan menyirih dilaporkan merupakan penyebab kanker rongga mulut yang paling sering dijumpai di India. Menyirih merupakan istilah untuk menyebut kebiasaan mengunyah paduan daun sirih, pinang, kapur yang juga dicampur dengan gambir dan proses yang terakhir adalah dengan menggosok-gosokkan tembakau dan menempatkannya disela-sela gigi dan gusi. Hasil dari proses pengunyahan campuran sirih ini adalah terbentuknya reactive oxygen spesies (ROS) yang merupakan zat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker. Keabnormalan dan tingkat kematian yang diakibatkan oleh kanker rongga mulut masih tinggi dan sudah lama menjadi masalah di dunia. Hal ini dikarenakan kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer sehingga terjadi metastase. Oleh karena itu, prosedur deteksi dini kanker rongga mulut sangat penting untuk dilakukan. Salah satu cara deteksi dini adanya lesi keganasan di rongga mulut adalah dengan penggunaan toluidine blue (Tolunium chloride) yang dapat memperlihatkan afinitas pada bahan nuklear dengan kandungan DNA atau RNA yang tinggi. Pewarnaan toluidine blue 1% bermanfaat untuk membantu diagnosis lesi praganas secara dini serta menentukan tempat biopsi yang tepat. Penelitian eksperimental klinis ini dilakukan di Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember pada bulan Oktober 2010. Subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Mayang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok penyirih, sedangkan metode pengambilan subyek penelitian yang digunakan adalah purposive sampling. Dalam prosedur kerja penelitian ini, deteksi keganasan diawali dengan cara subyek penelitian terlebih dahulu diinstruksikan untuk berkumur air, kemudian berkumur asam asetat 1%, tahapan selanjutnya adalah dilakukan pengolesan toluidine blue 1% pada mukosa rongga mulutnya, kemudian diinstruksikan kembali untuk berkumur dengan asam asetat 1% lalu berkumur dengan air. Adanya kecurigaan keganasan ditandai dengan adanya penyerapan warna yang tampak biru pada epitel mukosa rongga mulutnya setelah berkumur dengan asam asetat 1%. Hasil penyerapan warna diamati dan diberi skor sesuai dengan jumlah epitel mukosa yang berwarna biru (yang menyerap toluidine blue 1%). Hasil penelitian menunjukkan adanya penyerapan toluidine blue 1% pada beberapa bagian di mukosa rongga mulut penyirih. Penyerapan yang paling banyak adalah pada bibir, mukosa bukal baik kanan maupun kiri, serta commisura labial baik kanan maupun kiri. Prediksi transformasi keganasan dapat dibuktikan melalui tes secara mikroskopis yaitu pemeriksaan histopatologi. Diagnosis tidak dapat ditegakkan dengan gambaran klinis dari lesinya saja, tetapi sebaiknya dengan biopsy dan pemeriksaan histopatologi.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries071610101045;
dc.subjectDeteksi Keganasan (Malignancy) Pada Epitel Mukosa Rongga Mulut Penyirih Dengan Menggunakan Toluidine Blue 1% (Penelitian Eksperimental Klinis di Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember)en_US
dc.titleDETEKSI KEGANASAN ( Malignancy ) PADA EPITEL MUKOSA RONGGA MULUT PENYIRIH DENGAN MENGGUNAKAN TOLUIDINE BLUE 1%en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record