Show simple item record

dc.contributor.authorDevy Tarius Agustina
dc.date.accessioned2013-12-03T02:12:38Z
dc.date.available2013-12-03T02:12:38Z
dc.date.issued2013-12-03
dc.identifier.nimNIM072210101019
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2642
dc.description.abstractPenyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas beracun atau berbahaya, disertai efek ekstra-paru yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakitmerupakan penyebab utama kematian keempat di dunia (PDPI, 2009). Terapi untuk pasien PPOK secara umum meliputi bronkodilator, glukortikoid, dan antibiotik. Terapi antibiotik yang tepat pada pasien PPOK maupun yang terkena eksaserbasi dapat mencegah kegagalan pernapasan sehingga dapat memperbaiki hasil klinis. Namun, penggunaan antibiotik secara tidak tepat dapat menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik. Selain itu biaya pelayanan kesehatan menjadi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pasien PPOK, mengetahui profil antibiotik yang diberikan, dan mengetahui persentase ketepatan penggunaan antibiotik yang digunakan untuk pengobatan PPOK pada pasien yang menjalani rawat inap di RS Paru Jember Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data Rekam Medik Kesehatan tahun 2011. Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan diagnosa PPOK di Rumah Sakit Paru Jember mulai dari tanggal 1 Januari - 31 Desember 2011. Besar sampel sebanyak 94 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode Total Sampling. Berdasarkan hasil penelitian, profil pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) rawat inap di RS Paru Jember adalah pasien laki-laki sebanyak 86 (91,5%) dan 8 (8,5%) pasien perempuan dengan rentang umur pada laki-laki yaitu 25 - 44 ix tahun (1,1%), 45-64 tahun (42,6%), 65+ tahun (47,8%), sedangkan pada perempuan yaitu 25 - 44 tahun (0%), 45 - 64 tahun (5,3%), 65+ tahun (3,2%). Jenis pekerjaannya yaitu sebagai petani yaitu 34 pasien (36,2%), wiraswasta 16 pasien (17%), tidak bekerja 12 pasien (12,8%), pensiunan 9 pasien (9,5%), PNS 8 pasien (8,5%), tidak mengisi 7 pasien (7,5%), pedagang 3 pasien (3,2%), buruh 3 pasien (3,2%), nelayan 1 pasien (1,1%), dan swasta 1 pasien (1,1%). Profil penggunaan antibiotik di RS Paru Jember yaitu 79 pasien (84%) mendapatkan antibiotik dan 15 pasien (16%) tidak mendapatkan antibiotik. Jenis antibiotik yang digunakan adalah ceftriaxone sebesar 38,26%, cefotaxime sebesar 26,09%, ampicillin sebesar 21,74%, levofloxacin sebesar 6,08%, ceftazidime sebesar 4,35%, cefixime sebesar 1,74%, ciprofloxacin sebesar 0,87%, dan erytromicin sebesar 0,87%. Rute pemberian secara intravena (96,5%) dan secara per oral (3,5%). Persentase ketepatan penggunaan antibiotik antara lain tepat indikasi 88,3%, tepat obat 100%, tepat dosis 100%, tepat penderita 100%, dan potensi terjadi interaksi obat 6,4%.en_US
dc.relation.ispartofseries072210101019;
dc.subjectPola Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Rawat Inap di RS Paru Jember Tahun 2011en_US
dc.titlePOLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) RAWAT INAP DI RS PARU JEMBER TAHUN 2011en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record