Show simple item record

dc.contributor.authorIva Nur Annia Syukur
dc.date.accessioned2014-01-28T03:38:20Z
dc.date.available2014-01-28T03:38:20Z
dc.date.issued2014-01-28
dc.identifier.nimNIM052010101007
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/26154
dc.description.abstractSindrom nefrotik, salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia.. Sindrom nefrotik dapat terjadi pada semua anak dari golongan ras mana pun, walaupun realita yang terjadi adalah ras kulit hitam lebih jarang terkena sindrom nefrotik bila dibandingkan dengan ras kulit putih dan anak laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan anak perempuan (dengan rasio 2 : 1). Kedua faktor resiko di atas masih belum diketahui dan ditemukan hubungannya sebagai penyebab sindrom nefrotik secara langsung (Webb, 2003). Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka) umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah. Anak yang memiliki episode dini pada sindrom nefrotik dan edema ringan hingga moderat dapat ditangani sebagai pasien rawat jalan. Pada anak yang diduga SNKM, prednison sebaiknya diberikan dengan dosis 60mg/m 2 /hari (dosis maksimal harian, 80mg dibagi dalam 2-3 dosis) selama paling tidak 4 minggu berurutan. Terdapat bukti yang baik bahwa terapi steroid selama 6 minggu dapat menyebabkan rendahnya angka relaps, walaupun frekuensi efek samping pemakaian steroid lebih sering terjadi.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries052010101007;
dc.subjectProfil, Penderita Sindrom nefrotiken_US
dc.titlePROFIL PENDERITA SINDROM NEFROTIK PADA ANAK DI BANGSAL ANAK RSUD DR.SOEBANDI JEMBER PERIODE 1 JANUARI 2003 – 31 DESEMBER 2008en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record