dc.description.abstract | Kebutuhan kedelai tiap tahun cenderung meningkat, sejalan dengan
pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita,
meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi dan berkembangnya berbagai
industri pakan ternak, yang tidak diimbangi dengan persediaan produksi, berakibat
pada peninggkatan import kedelai.
Usaha untuk memenuhi kebutuhan kedelai harus dilakukan dengan
peningkatan produksi, yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi, dan
rehabilitasi. Usaha intensifikasi diantaranya dilakukan dengan cara penerapan
teknologi tepat guna berupa penggunaan varietas unggul, dan perbaikan mutu
benih. Salah satu cara untuk mendapatkan varietas unggul adalah dengan program
pemuliaan tanaman yang tepat.
Hasil merupakan sifat yang ditentukan oleh banyak komponen hasil.
Komponen hasil dalam memberikan pengaruhnya terhadap hasil, satu terhadap
yang lain saling bekerja sama, berinteraksi, berkompensasi, atau bahkan ada yang
saling berkompetisi.
Produktivitas kedelai di Indonesia masih rendah. Terdapat banyak faktor
yang menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia. Secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan ada yang dapat dimanipulasi agar dapat memberikan lingkungan yang
optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan faktor genetik
hanya dapat diperbaiki dengan pemuliaan tanaman, yaitu dengan merubah
susunan genetik tanaman.
Dalam usaha meningkatkan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merrill)
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan seleksi
terhadap varietas-varietas dan perbendaharaan galur yang ada. Pada program
seleksi diperlukan lebih dari satu sifat seperti perlunya penelaahan secara terpadu
x
mengenai hubungan antara beberapa karakter terhadap hasil baik yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung.
Daya hasil genotipe kedelai sangat dipengaruhi oleh komponen hasil, oleh
karena itu untuk memilih genotipe yang berdaya hasil tinggi perlu dilakukan
pengujian tentang keterkaitan hubungan antara komponen-komponen hasil dengan
hasil.
Penelitian ini dilakukan di lahan Percobaan Politeknik Negeri Jember pada
bulan Januari sampai April 2005. Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah dua puluh genotipe kedelai. Genotipe adaptasi : (1) ZKJ 2-3 (VII-2), (2)
ZKJ 1-7 (VII-2), (3) Jelbug 3, (4) Rambipuji 2, (5) Ambulu 3, (6) Balung 3, (7)
Bangsalsari-1, (8) MSC 9127-D-3, (9) MSC 9129-D-1, (10) Mansuria, (11) PR-
198, (12) MSC 9102-D-2, (13) MSC 9102-D-3-2, (14) MSC 9103-D-1, (15)
MSC 9103-D-3, (16) MSC 9105-D-1, (17) MSC 9105-D-2, (18) MSC 9110-D-1,
(19) MSC 9110-D-2, (20) MSC 9110-D-4. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pola dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan
sebanyak dua puluh genotipe kedelai. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali
sehingga didapat 60 petak percobaan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk
menentukan komponen hasil terpilih yang paling berperan terhadap hasil dan
yang dapat memberikan sumbangan terbesar terhadap hasil kedelai, (2) Untuk
menentukan sifat komponen hasil mana yang paling berpengaruh terhadap hasil,
sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk seleksi. (3) Untuk menentukan
genotipe mana saja yang baik dan dapat digunakan sebagai tetua dalam proses
selanjutnya.
Hasil penelitian ini telah menunjukkan dari sepuluh sifat agronomi yang
diamati pada dua puluh genotipe, ternyata menunjukkan adanya perbedaan pada
sifat-sifat agronomi yang diamati. Hal ini akan mempermudah pelaksanaan
seleksi, komponen hasil terpilih yang paling berperan terhadap hasil (berat biji
per tanaman) adalah jumlah biji per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, dan
jumlah buku subur batang utama. Komponen hasil yang memberikan sumbangan
terbesar terhadap hasil terdapat pada jumlah biji per tanaman yaitu sebesar
84.58 %. | en_US |