Show simple item record

dc.contributor.authorBismiftita Fudria Kunmartika
dc.date.accessioned2014-01-27T22:34:42Z
dc.date.available2014-01-27T22:34:42Z
dc.date.issued2014-01-27
dc.identifier.nimNIM080110201076
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/25611
dc.description.abstractKerata basa [kirƆtƆbƆsƆ] berasal dari kata kerata yang berarti negesi tembung manut pepiridaning wandane [nəgəsitəmbUmanUtpəpiridanIwandane] „memberi makna kata berdasarkan bunyi suku katanya‟ dan basa „bahasa‟. Kerata basa dapat dikatakan sebagai ciri orang Jawa yang memiliki tradisi othak-athik mathuk (disingkat OAM). Kerata basa dalam istilah folklore Jawa lebih dikenal dengan etimologi rakyat yaitu cara penjelasan kata yang unik, bahkan kadang-kadang dianggap kurang pas dan kurang relevan. Kerata basa bahasa Jawa merupakan keunikan pola pikir orang Jawa yang masing-masing kerata basa mengandung makna berdasarkan sifatnya (anomali atau naturalis dan analogi atau konvensional). Oleh sebab itu, diperlukan penelitian mendalam tentang kerata basa bahasa Jawa ditinjau dari antropologi linguistik, sehingga tujuan penelitian untuk mendeskripsikan: (1) bentuk dan makna kata-kata kerata basa bahasa Jawa yang bersifat anomali atau naturalis; dan (2) bentuk dan makna kata-kata kerata basa bahasa Jawa yang bersifat analogi atau konvensional. Kajian antropolinguistik dimaksudkan pada pembahasan mengenai asal-usul kerata basa dalam kaitannya dengan faktor-faktor antropologis yaitu latar belakang sosial dan budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data dan tahap penyajian data. viii Tahap penyediaan data dilakukan dengan metode observasi yang digunakan untuk pengamatan secara langsung ke tempat penelitian (Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar) dan metode cakap untuk menyediakan data yang dilakukan dengan cara percakapan secara langsung dengan informan (wawancara). Tahap analisis data menggunakan metode deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu tentang makna dalam kajian antropolinguistik pada kata-kata kerata basa bahasa Jawa di Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar yang bersifat anomali atau naturalis dan analogi atau konvensional; dan metode padan referensial digunakan dalam pembentukan satuan lingual yaitu kata kerata basa bahasa Jawa berdasarkan pola suku katanya. Tahap penyajian data dilakukan dengan metode formal dan informal. Dari hasil pembahasan pada bab 4. 1 yang dipaparkan bahwa kata kerata basa bahasa Jawa yang bersifat anomali atau naturalis dapat dibagi menjadi tiga yaitu (1) berdasarkan bentuk benda, misalnya sirah (isine rah) terdiri atas dua sku kata yaitu si dan rah; (2) berdasarkan tingkah laku benda, misalnya sepur (asepe metu dhuwur) terdiri atas dua suku kata yaitu se dan pur; dan (3) berdasarkan akibat tingkah laku benda, misalnya kerikil (keri ing sikil) terdiri atas tiga suku kata yaitu ke, ri, dan kil. Selanjutnya, dari hasil pembahasan pada bab 4. 2 yang dipaparkan bahwa kata kerata basa bahasa Jawa yang bersifat analogi atau konvesional dapat dibagi menjadi empat, yaitu (1) berdasarkan pertalian keluarga Jawa, misalnya simah (isine omah) terdiri atas dua suku kata yaitu si dan mah; (2) sistem perkawinan Jawa, misalnya suruh (kesusu weruh) terdiri atas dua suku kata yaitu su dan ruh; (3) etika Jawa, misalnya wanita (wani ditata) terdiri atas tiga suku kata yaitu wa, ni, dan ta; dan (4) sistem kerukunan masyarakat Jawa, misalnya tandur (nata karo mundur) terdiri atas dua suku kata yaitu tan dan dur.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080110201076;
dc.subjectKERATA BASA BAHASA JAWAen_US
dc.titleKERATA BASA BAHASA JAWA DI DESA BENDOREJO KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR (KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record