dc.contributor.author | Gea Rara Hayu Arimbi | |
dc.date.accessioned | 2014-01-27T22:13:05Z | |
dc.date.available | 2014-01-27T22:13:05Z | |
dc.date.issued | 2014-01-27 | |
dc.identifier.nim | NIM080110201081 | |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/25565 | |
dc.description.abstract | Kehidupan masa penjajahan meninggalkan banyak kisah mengenai usaha dan
perjuangan pribumi untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan. Usaha tersebut tidak
hanya dilakukan dengan perebutan secara fisik saja melainkan dengan usaha secara
non fisik. Dalam novel Bumi Manusia terdapat Usaha perjuangan yang dilakukan dua
tokoh pribumi dalam sebuah perjuangan non fisik. Nyai Ontosoroh yang telah
mengalamiimbas darikehidupan kolonial dengan menjadi seorang Nyai setelah
dijualoleh Sastrotomo (ayahnya) dengan tujuan sebuah kekuasaan. Berusaha untuk
bangkit dan menyadarkan pemikiran sebagai pribumi. Usaha yang harus dilakukan
oleh pribumi tidak hanya dengan kekerasan fisik saja melainkan dengan berfikir.
Selain Nyai Ontosoroh,tokoh pribumi yang dimunculkan disini adalah Minke. Minke
merupakan tokoh yang cendekia dan menjadi teman Nyai Ontosoroh dalam melawan
kekuatan kolonial yang menekan pribumi.
Keberadaan Minke sebagai sosok siswa HBS menjadi sebuah perpaduan yang
unik dengan kecerdasan seorang Nyai Ontosoroh. Masalah banyak bermunculan
dalam kehidupan Nyai Ontosoroh setelah meninggalnya Tuan Herman Mellema.
Kesemena-menaan Belanda dalam memperlakukan pribumi sangat semena-mena dan
tidak memihak akan kepentingan pribumi. Hak-Hak Nyai Ontosoroh dirampas, hak
mengasuh anak-anaknya, mendapat harta warisan dan sebagainya. Nyai Ontoroh
tidak gentar untuk menyuarakan segala yang menjadi rasa sakit hatinya terhadap
kolonial. Nyai Ontosoroh adalah sosok Nyai yang memang benar-benar berusaha
untuk bangkit sebagai sosok individu bukan dalam menyandang status sebagai
pribumi namun manusia seutuhnya.
Pergolakan yang terjadi diantara pihak kolonial dan pribumi merupakan sebuah
bukti nyata sebuah perjuangan yang berbeda diantara melawan dengan fisik dan pemikiran. Dalam Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer ini pembaca
seolah-olah diajak melihat oleh penulis untuk memahami kembali arti sebuah
perjuangan dan cara memperjuangkan hak sebagai seorang manusia tanpa melihat
status sosial dan kehidupan penjajahan. Bangkit menjadi manusia bebas diawali dari
diri sendiri untuk berani lebih menyuarakan yang ada dalam pemikiran.
Pendekatan Culture Studies yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan
mempergunakan pendekatan Hegemoni dan Representasi. Hegemoni melihat sebuah
hubungan relasi kuasa diantara tokoh pribumi dan kolonial. Tokoh pribumi dibawah
kekuasaan kolonial dan usahanya untuk melawan dengan jalur intelektualitas dalam
berfikir dan juga melihat secara representasi mengenai sosok Nyai Ontosoroh yang
disampaikan penulis dalam kacamata pembaca. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.relation.ispartofseries | 080110201081; | |
dc.subject | RELASI, RESITENSI | en_US |
dc.title | RELASI KUASA DAN RESITENSI TOKOH PRIBUMI TERHADAP KOLONIAL DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: PENDEKATAN CULTURAL STUDIES | en_US |
dc.type | Other | en_US |