Penghambatan Volatilisasi Dari Pemupukan Urea Pada Pembibitan Tanaman Kakao Dengan Penambahan Belotong
Abstract
RINGKASAN
Penghambatan Volatilisasi Dari Pemupukan Urea Pada Pembibitan
Tanaman Kakao Dengan Penambahan Belotong; Nadya Faiqotul Himah,
071520101023; 2009: 66 halaman; Jurusan Agronomi Pasca Sarjana Universitas
Jember.
Tidak efisiennya pemberian pupuk urea ini sering dikaitkan dengan sifat
urea yang mudah berubah menjadi amonia dan karbondioksida. Padahal kedua zat
ini berupa gas yang mudah menguap. Pupuk urea mudah tercuci oleh air dan
mudah terbakar oleh sinar matahari padahal akar tanaman belum sempat
menyerapnya. Apabila urea disebar dipermukaan tanah sebagaimana kebiasaan
yang umum dilakukan oleh petani saat melaksanakan pemupukan maka
kehilangan nitrogen akibat volatilisasi NH3 dapat mencapai 60 -70%, sehingga
efisiensinya hanya berkisar 30 – 40% saja. Sementara itu telah dilaporkan bahwa
lignosulfonat adalah produk yang tinggi akan phenyl group yaitu salah satu dari 3
senyawa yang mampu menghambat aktivitas urease. Diduga bahwa belotong
mengandung senyawa lignosulfonat atau sejenisnya yang juga mampu
menghambat volatilisasi urea. Dilain pihak kajian penggunaan limbah pabrik
berupa belotong untuk meningkatkan efisiensi pemupukan urea belum dilakukan
atau masih jarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat belotong
hasil samping proses sulfitasi terhadap: (1) pengaruhnya dalam mengurangi
volatilisasi amonia dari pemupukan urea, (2) pertumbuhan tanaman kakao, serta
(3) pengaruhnya dalam meningkatkan efisiensi pemupukan urea pada tanaman
kakao.
Penelitian yang dilaporkan ini dimulai bulan Maret 2008 dan selesai pada
bulan April 2009. Penelitian ini terdiri atas dua seri yaitu di laboratorium kegiatan
(tanpa tanaman) untuk mempelajari pengaruh pemberian belotong terhadap
volatilisasi urea dalam bentuk NH
, dan di rumah kaca dengan tanaman kakao
sebagai indikator untuk mempelajari pengaruh pemberian belotong terhadap
pertumbuhan bibit kakao serta terhadap efisiensi pemupukan urea. Penelitian ini
3
disusun menggunakan rancangan acak kelompok, untuk percobaan di
laboratorium menggunakan 3 faktor Sebagai faktor I adalah dosis belotong 0%,
2,50%, 5%, 7,50%, 10% dan faktor II adalah dosis urea 0 g; 0,5 g; 1,0 g dan 1,5 g,
serta faktor III adalah kadar lengas tanah 25%, 50%, 75%, dan 100%. Di rumah
kaca dilakukan pengamatan menggunakan tanaman indikator untuk mengetahui
respon tanaman terhadap pencampuran belotong pada media pembibitan tanaman
kakao menggunakan 2 faktor yaitu faktor I faktor I adalah dosis belotong 0%,
2,50%, 5%, 7,50% dan 10% dan faktor II adalah dosis urea 0 g polibeg
, 0,50 g
polibeg
-1
, 1 g polibeg
-1
, dan 1,50 g polibeg
xi
-1
. Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh yang nyata dari masing-masing perlakuan dan interaksinya, data yang
diperoleh kemudian dikompilasi dan dianalisis dengan sidik ragam varian, data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji BNJ dengan tingkat
kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji polynomial orthogonal.
Belotong hasil samping limbah pabrik gula dari sistem sulfitasi cenderung
mampu menghambat terjadinya volatilisasi urea. Semakin banyak kandungan
belotong yang ditambahkan maka volatilisasi urea semakin rendah pada dosis
pemberian urea yang sama. Pada kondisi yang sama yaitu perlakuan kadar lengas
50%, urea 1,5 gram dan belotong 10% meunjukkan volatilisasi terendah 15,13%.
Pengaruh penambahan belotong pada pertumbuhan tanaman kakao berpengaruh
nyata pada panjang akar, bobot segar daun, bobot segar batang, dan bobot kering
biomassa tanaman. Penambahan belotong mampu meningkatkan efisiensi
pemupukan urea sampai 30.74% pada penambahan belotong 10% dan pemupukan
urea 0,5 g polibeg
-1
.
-1
Collections
- MT-Agribusiness [159]