Show simple item record

dc.contributor.authorGaluh Ragil Retno Palupi
dc.date.accessioned2014-01-27T03:13:52Z
dc.date.available2014-01-27T03:13:52Z
dc.date.issued2014-01-27
dc.identifier.nimNIM051610101060
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/25026
dc.description.abstractPertumbuhan tulang panjang terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Semua proses pertumbuhan tulang panjang dirangsang oleh hormon pertumbuhan. Tulang panjang merupakan daerah dengan proses pertumbuhan paling cepat diantara pertumbuhan tulang yang lain. Hal ini disebabkan karena daerah ini merupakan daerah aktif metabolik dan banyak mengandung pembuluh darah. Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang. Konsumsi susu kedelai lokal adalah pilihan konsumsi yang baik untuk pertumbuhan tulang. Susu kedelai lokal mengandung bahan aktif (protein dan isoflavon), mineral (kalsium, magnesium dan fosfor), vitamin dan karbohidrat yang merupakan faktor-faktor pertumbuhan tulang. Kedelai lokal Baluran memiliki keunggulan dibandingkan kedelai lokal lainnya karena kedelai lokal varietas Baluran memiliki kandungan protein yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kedelai lokal lainnya. Protein yang terkandung dalam susu kedelai diantaranya osteokalsin, osteonektin dan proteoglikan. Osteokalsin dapat mengikat kalsium dan hidroksiapatit untuk pertumbuhan tulang. Sedangkan osteonektin dan proteoglikan berfungsi dalam mineralisasi tulang. Kandungan kalsium pada susu kedelai lokal lebih rendah sedikit daripada susu sapi, tetapi daya serap susu kedelai lokal 35% lebih tinggi daripada susu sapi. Keadaan ini disebabkan oleh kandungan isoflavon didalam susu kedelai lokal yang bersifat estrogenik. Efek estogenik ini menstimulasi absorbsi kalsium dan melindungi tulang dari pengaruh hormon paratiroid. Selain itu, didalam susu kedelai lokal juga terdapat kandungan karbohidrat sebagai sumber energi metabolisme sel tulang dan vitamin membantu mineralisasi tulang. Susu kedelai lokal jika ditambah dengan madu, dapat melengkapi kandungan gizi diantara keduanya dalam proses pertumbuhan tulang. Hal ini disebabkan oleh kandungan zat gula (glukosa) di dalam madu. Selain madu mudah diserap, madu juga menjadi lebih mudah disimpan untuk dipergunakan saat sel tulang membutuhkan energi untuk metabolisme tulang. Sejumlah vitamin yang terkandung di dalam madu memiliki tugas fisiologis yang penting, seperti vitamin C dan vitamin B. Zat-zat ini sangat penting untuk membantu tubuh dalam proses produksi protein, hormon dan antioksidan untuk melindungi sel tulang dalam proses metabolisme tulang dari oksidan-oksidan berbahaya. Madu tersebut dicampurkan ke dalam susu kedelai sesuai dengan dosis yang dikonsumsi manusia kemudian dikonversikan dengan berat badan tikus. Dalam penelitian ini menggunakan tiga rasio madu, yaitu menggunakan dua sendok madu, empat sendok madu, dan enam sendok makan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan tulang femur Tikus Wistar betina terhadap pemberian susu kedelai lokal dan madu. Sedangkan Manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pemberian makanan bergizi untuk diinformasikan kepada masyarakat. Metode penelitian jenis ini adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Penelitian ini, dibagi menjadi dua kelompok kontrol (K) dan tiga kelompok perlakuan (P). Sampel yang digunakan yaitu tiga puluh ekor tikus putih galur Wistar (Rattus norvegiccus), masing-masing kelompok enam ekor tikus dengan kriteria yang telah ditentukan. Kelompok kontrol negatif diberi pakan standar dan air mineral; kelompok kontrol positif diberi tambahan diet 200 ml susu kedelai lokal: kelompok perlakuan 1 diberi diet 200 ml susu kedelai lokal dan 14 ml madu; kelompok perlakuan 2 diberi diet 200 ml susu kedelai lokal dan 28 ml madu; kelompok perlakuan 3 diberi diet 200 ml susu kedelai local dan 42 ml madu. Dalam penelitian ini, dosis manusia tersebut dikonversikan dengan berat badan tikus menjadi 0,25 ml susu kedelai lokal dan 0,01 ml madu pada kelompok perlakuan 1; 0,25 ml susu kedelai lokal dan 0,03 ml madu pada kelompok perlakuan 2; serta 0,25 ml susu kedelai lokal dan 0,04 ml madu pada kelompok perlakuan 3; Pemb erian susu kedelai dilakukan menggunakan sonde lambung dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari. Penimbangan berat badan tikus dilakukan setiap hari untuk konversi dosis pemberian susu kedelai dan madu. Setelah 40 hari, tikus dilakukan pengukuran panjang tulang femur dengan rontgen foto periapikal. Hasil penelitian terhadap panjang tulang femur menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata pertumbuhan tulang femur pada setiap kelompok. Selanjutnya, data dianalisa menggunakan uji One Way Anova dengan derajat kemaknaan 95%. Bila terdapat perbedaan yang bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan angka kepercayaan 95%. Untuk membandingkan kelompok I, kelompok II, kelompok III, kelompok IV dan kelompok V pada periode pre-posttest digunakan uji Paired t-test dengan angka kepercayaan 95% (p<0,05). Untuk mengetahui rasio madu terbaik, menggunakan regresi linear. Kesimpulan penelitian ini adalah susu kedelai madu lokal dapat meningkatkan pertumbuhan tulang femur. Semakin besar dosis pemberian madu, semakin besar pula pertumbuhan tulang femur tikus wistar betina.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries051610101060;
dc.subjectTULANG PANJANG, TIKUS WISTARen_US
dc.titleKECEPATAN PERTUMBUHAN TULANG PANJANG TIKUS WISTAR DENGAN DIET SUSU KEDELAI – MADU LOKAL DALAM BERBAGAI RASIOen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record