dc.description.abstract | Pertumbuhan tulang panjang terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada
tulang rawan. Semua proses pertumbuhan tulang panjang dirangsang oleh hormon
pertumbuhan. Tulang panjang merupakan daerah dengan proses pertumbuhan paling
cepat diantara pertumbuhan tulang yang lain. Hal ini disebabkan karena daerah ini
merupakan daerah aktif metabolik dan banyak mengandung pembuluh darah.
Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan
tulang. Konsumsi susu kedelai lokal adalah pilihan konsumsi yang baik untuk
pertumbuhan tulang. Susu kedelai lokal mengandung bahan aktif (protein dan
isoflavon), mineral (kalsium, magnesium dan fosfor), vitamin dan karbohidrat yang
merupakan faktor-faktor pertumbuhan tulang. Kedelai lokal Baluran memiliki
keunggulan dibandingkan kedelai lokal lainnya karena kedelai lokal varietas Baluran
memiliki kandungan protein yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kedelai lokal
lainnya. Protein yang terkandung dalam susu kedelai diantaranya osteokalsin,
osteonektin dan proteoglikan. Osteokalsin dapat mengikat kalsium dan hidroksiapatit
untuk pertumbuhan tulang. Sedangkan osteonektin dan proteoglikan berfungsi dalam
mineralisasi tulang. Kandungan kalsium pada susu kedelai lokal lebih rendah sedikit
daripada susu sapi, tetapi daya serap susu kedelai lokal 35% lebih tinggi daripada
susu sapi. Keadaan ini disebabkan oleh kandungan isoflavon didalam susu kedelai
lokal yang bersifat estrogenik. Efek estogenik ini menstimulasi absorbsi kalsium dan
melindungi tulang dari pengaruh hormon paratiroid. Selain itu, didalam susu kedelai
lokal juga terdapat kandungan karbohidrat sebagai sumber energi metabolisme sel
tulang dan vitamin membantu mineralisasi tulang. Susu kedelai lokal jika ditambah dengan madu, dapat melengkapi kandungan
gizi diantara keduanya dalam proses pertumbuhan tulang. Hal ini disebabkan oleh
kandungan zat gula (glukosa) di dalam madu. Selain madu mudah diserap, madu juga
menjadi lebih mudah disimpan untuk dipergunakan saat sel tulang membutuhkan
energi untuk metabolisme tulang. Sejumlah vitamin yang terkandung di dalam madu
memiliki tugas fisiologis yang penting, seperti vitamin C dan vitamin B. Zat-zat ini
sangat penting untuk membantu tubuh dalam proses produksi protein, hormon dan
antioksidan untuk melindungi sel tulang dalam proses metabolisme tulang dari
oksidan-oksidan berbahaya. Madu tersebut dicampurkan ke dalam susu kedelai sesuai
dengan dosis yang dikonsumsi manusia kemudian dikonversikan dengan berat badan
tikus. Dalam penelitian ini menggunakan tiga rasio madu, yaitu menggunakan dua
sendok madu, empat sendok madu, dan enam sendok makan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan tulang
femur Tikus Wistar betina terhadap
pemberian susu kedelai lokal dan madu. Sedangkan Manfaat penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar pemberian makanan bergizi untuk diinformasikan kepada
masyarakat.
Metode penelitian jenis ini adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di
Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Penelitian ini,
dibagi menjadi dua kelompok kontrol (K) dan tiga kelompok perlakuan (P). Sampel
yang digunakan yaitu tiga puluh ekor tikus putih galur Wistar (Rattus norvegiccus),
masing-masing kelompok enam ekor tikus dengan kriteria yang telah ditentukan.
Kelompok kontrol negatif diberi pakan standar dan air mineral; kelompok kontrol
positif diberi tambahan diet 200 ml susu kedelai lokal: kelompok perlakuan 1
diberi
diet 200 ml susu kedelai lokal dan 14 ml madu; kelompok perlakuan 2 diberi diet 200
ml susu kedelai lokal dan 28 ml madu; kelompok perlakuan 3
diberi diet 200 ml susu
kedelai local dan 42 ml madu. Dalam penelitian ini, dosis manusia tersebut
dikonversikan dengan berat badan tikus menjadi 0,25 ml susu kedelai lokal dan 0,01
ml madu pada kelompok perlakuan 1; 0,25 ml susu kedelai lokal dan 0,03 ml madu
pada kelompok perlakuan 2; serta 0,25 ml susu kedelai lokal dan 0,04 ml madu pada
kelompok perlakuan 3; Pemb
erian susu kedelai dilakukan menggunakan sonde
lambung dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari. Penimbangan berat badan tikus
dilakukan setiap hari untuk konversi dosis pemberian susu kedelai dan madu. Setelah
40 hari, tikus dilakukan pengukuran panjang tulang femur dengan rontgen foto
periapikal.
Hasil penelitian terhadap panjang tulang femur menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan nilai rata-rata pertumbuhan tulang femur pada setiap kelompok.
Selanjutnya, data dianalisa menggunakan uji One Way Anova dengan derajat
kemaknaan 95%. Bila terdapat perbedaan yang bermakna dilanjutkan dengan uji
Tukey HSD dengan angka kepercayaan 95%. Untuk membandingkan kelompok I,
kelompok II, kelompok III, kelompok IV dan kelompok V pada periode pre-posttest
digunakan uji Paired t-test dengan angka kepercayaan 95% (p<0,05). Untuk
mengetahui rasio madu terbaik, menggunakan regresi linear.
Kesimpulan penelitian ini adalah susu kedelai madu lokal dapat meningkatkan
pertumbuhan tulang femur. Semakin besar dosis pemberian madu, semakin besar pula
pertumbuhan tulang femur tikus wistar betina. | en_US |