Show simple item record

dc.contributor.authorRiska Ratwita Wibawa
dc.date.accessioned2014-01-27T01:03:13Z
dc.date.available2014-01-27T01:03:13Z
dc.date.issued2014-01-27
dc.identifier.nimNIM082010101028
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/24753
dc.description.abstractCase Fatality Rate penderita DBD di dunia pada tahun 2004 sebesar 0,7 dan insidence rate sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus, prevalensi serotipe virus Dengue, dan kondisi metereologis. Di seluruh propinsi di Indonesia sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%). Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Kedua metode tersebut merupakan upaya untuk menghilangkan perantara penyakit yang dapat dilakukan yaitu dengan pengendalian vektor. Pengendalian vektor penyakit merupakan salah satu cara mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit, termasuk Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) adalah penyakit yang sangat mudah menyebar di masyarakat dan dapat menimbulkan kematian. Salah satu vektor penyakit Demam Berdarah Dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti adalah dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat digunakan ada dua jenis yaitu insektisida sintetis dan insektisida botani (hayati). Penggunaan insektisida sintetik menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran lingkungan, penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh keracunan serta biological magnification pada rantai makanan. Penggunaan insektisida botanik pada umumnya menunjukkan tingkat keamanan lebih tinggi karena molekulnya mudah terpecah menjadi senyawa yang tidak berbahaya terhadap lingkungan. Tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat digolongkan dalam insektisida botanik karena diantara kandungan senyawa yang ditemukan terdapat kandungan senyawa alkaloid, saponin dan flavoid yang merupakan kandungan racun (toksin) bagi hewan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya potensi ekstrak biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai insektisida terhadap nyamuk Aedes. aegypti dengan metode semprot dan menentukan LC dari ekstrak biji mahkota dewa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimental sederhana (Posttest Only Control Group Design). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah nyamuk Aedes aegypti betina steril yang tidak terpapar virus dengue yang berumur 2 – 5 hari. Sampel kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kontrol, masing-masing 10 ekor. Kelompok perlakuan dipaparkan dengan ekstrak biji mahkota dewa dengan berbagai konsentrasi, yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% sedangkan kelompok kontrol menggunakan sipermetrin sebagai kontrol positif dan aquades + Tween 80 sebagai kontrol negatif. Masing - masing bahan uji dimasukkan dalam sprayer dan disemprotkan 10 kali semprot. Didiamkan selama 20 menit, setelah itu dipindahkan ke kotak steril atau kotak yang tidak ada paparan bahan uji. Perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dilakukan 24 jam setelah perlakuan, kemudian hasilnya dicatat dan dianalisis dengan analisis Chi Square dan analisis probit. Hasil pengamatan menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji mahkota dewa semakin meningkat jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati. Hal ini menunjukkan bahwa tiap konsentrasi dari ekstrak biji mahkota dewa memiliki potensi sebagai insektisida terhadap nyamuk Ae. aegypti. Daya bunuh yang paling rendah sampai yang efektif membunuh nyamuk berturut-turut adalah 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Pada analisis probit, didapatkan LC ekstrak biji mahkota dewa adalah pada konsentrasi 12,9%. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ekstrak biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) memiliki potensi sebagai insektisida terhadap nyamuk Ae. aegypti dengan metode semprot, dengan nilai LC pada konsentrasi 12,9%, yang berarti konsentrasi tersebut dapat membunuh 50% dari jumlah sampel tiap perlakuan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101028;
dc.subjectEKSTRAK BIJI MAHKOTA DEWA, INSEKTISIDA, NYAMUK Aedes aegyptien_US
dc.titlePOTENSI EKSTRAK BIJI MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROTen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record