dc.description.abstract | Methoxychlor (MXC) merupakan pestisida hidrokarbon klorinat sebagai
pengganti DDT, mempunyai sifat seperti estrogen. Methoxychlor dapat bekerja
sebagai endocrine disruptor dan mengakibatkan stres oksidatif. Testis merupakan
organ reproduksi jantan yang menghasilkan spermatozoa dan testosteron merupakan
salah satu organ target MXC. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan
buah banyak mengandung likopen yang memiliki aktivitas antioksidan potensial.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian sari tomat dan
peningkatan dosis sari tomat yang diberikan terhadap jumlah sel-sel spermatogenik
(spermatogonia, spermatosit, dan spermatid), sel Sertoli, sel Leydig, tebal epitel
tubulus seminiferus, dan berat testis mencit (Mus musculus L.) strain Balb C setelah
paparan MXC. Penelitian dilakukan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Jember. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL). Mencit dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol internal (D0i),
kelompok kontrol (D0), dan 3 kelompok perlakuan (D1, D2, dan D3). Pemberian
MXC dengan dosis 0,42 mg/g bb dilakukan 2 hari sekali selama 36 hari secara
intraperitonial. Pemberian sari tomat dilakukan secara gavage selama 9 hari pada
kelompok perlakuan dengan dosis 0,0455 g/g bb; 0,0637 g/g bb; dan 0,0819 g/g bb,
D0 tanpa pemberian sari tomat sedangkan D0i dibedah setelah perlakuan MXC.
Pembedahan hewan uji D0 dan kelompok perlakuan dilakukan satu hari setelah
pemberian sari tomat terakhir hari ke-10 untuk pengambilan testis. Testis kiri
ditimbang beratnya sedangkan testis kanan dibuat preparat dengan metode parafindan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Data dianalisis menggunakan Anava satu arah
kemudian diuji Duncan dengan derajat kepercayaan 1%. Data dilanjutkan dianalisis
menggunakan regresi linear dua atau lebih variable independent dengan metode
stepwise untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap spermatid.
Rerata jumlah pemberian sari tomat (D0I, D0, D1, D2, dan D3)
spermatogonia (38,68; 46,03; 59,65; 73,79; dan 80,07), spermatosit (41,75; 48,43;
56,24; 68,85 dan 77,40), spermatid (69,23; 69,73; 97,61; 121,69 dan 151,24), sel
Sertoli (9,28; 11,53; 14,78; 27,22 dan 38,90), sel Leydig (21,38; 37,23; 51,52; 81,52
dan 83,21), dan tebal epitel tubulus seminiferus (3,56; 3,50; 4,60; 5,60 dan 6,36)
dengan menggunakan uji Anava setiap parameter tersebut diperoleh P (0,00) < 0,01.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sari tomat setelah paparan MXC berpengaruh
sangat nyata terhadap rerata jumlah spermatogonia, spermatosit, spermatid, sel
Sertoli, sel Leydig, dan tebal epitel tubulus seminiferus. Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa peningkatan rerata jumlah spermatogonia, spermatosit,
spermatid, sel Sertoli, sel Leydig, dan tebal epitel tubulus seminiferus pada setiap
perlakuan berbeda sangat nyata dengan kontrol internal. Rerata berat testis pemberian
sari tomat D0I, D0, D1, D2, dan D3 yaitu 0,10; 0,10; 0,11; 0,12 dan 0,12 pada uji
Anava diperoleh nilai P (0,00) > 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sari
tomat setelah paparan MXC tidak berpengaruh terhadap rerata berat testis. Hasil uji
Duncan menunjukkan peningkatan berat testis pada setiap perlakuan tidak terdapat
perbedaan sangat nyata dengan kontrol internal.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian sari
tomat setelah paparan MXC berpengaruh pada struktur testis dan semakin tinggi
dosis sari tomat yang diberikan semakin meningkatkan rerata jumlah spermatogonia,
spermatosit, spermatid, sel Sertoli, sel Leydig, tebal epitel tubulus seminiferus dan
berat testis. Adanya hubungan antar variabel (jumlah sel-sel spermatogenik, sel
Sertoli, sel Leydig, dan tebal epitel tubulus seminiferus). Jumlah sel Sertoli
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah spermatid. | en_US |