Strategi Kesantunan Berbahasa Lintas Kultur Madura-Jawa Dalam Percakapan Wali Murid Dan Guru Sekolah Dasar
Abstract
Kesantunan berbahasa dari penutur dan mitra tutur multilingual dengan latar kultur berbeda (Madura dan Jawa) memperlihatkan adanya penggunaan strategi tertentu. Strategi kesantunan berbahasa itu memiliki dampak luas pada komunikasi keseharian yang efektif, lancar, dan familier. kesantunan berbahasa yang berdampak positif pada komunikasi lintas kultur tentulah bersifat dua arah.
Strategi kesantunan berbahasa pada dasarnya bukan semata-mata persoalan teknik pemilihan penggunaan simbol atau pemarkah, melainkan.memotivasi diekspresikannya kesantunan itu. Asumsi ini menggiring kepada prinsip-prinsip kesantunan itu sendiri, yang setidak-tidaknya bisa mencakup prinsip/maksim pendisiplinan, penguntungan, perlindungan, pembebasan, dan cara penyampaian kesantunan. Penelitian ini berfokus pada lima hal tersebut.
Berlandaskan teori-teori seputar masalah kesantunan berbahasa, yakni kesantunan berbahasa, tindak tutur, etnografi komunikasi, dan pragmatik, dengan menggunakan rancangan deskriptif kualitatif dan pendekatan etnometodologis, penelitian ini mengambil data berupa segmen-segmen tutur beserta konteks yang menyertainya. Data tersebut diambil dari sumbernya, yakni peristiwa percakapan antara kedua belah pihak itu, dengan menggunakan teknik perekaman, pengamatan, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan mengikuti model alir dari Miles dan Huberman, yang dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Dalam prosesnya, analisis data meliputi pereduksian, penyajian, pengecekan, pengkategorian, dan penginterpretasian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kesantunan berbahasa lintas kultur dalam percakapan antara wali murid dan guru, yang masing-masing beretnik Madura dan Jawa adalah sebagai berikut. Dalam prinsip pendisplinan, kesantunan berbahasa mereka terekspresi melalui strategi:formal,formal-kontekstual,formal-tindak tutur tak langsung, formal-kontekstual-tindak tutur tak langsung, dan tindak tutur tak langsung. Strategi dasar yang terbanyak digunakan adalah strategi formal (44,44%). Selanjutnya, berturut-turut, strategi tindak tutur tak langsung (33,33%) dan kontekstual (22,22%). Dalam prinsip penguntungan, kesantunan berbahasa terekspresi melalui strategi formal, formal-kontekstual, formal-tindak tutur tak langsung, dan formal-kontekstual-tindak tutur tak langsung. Strategi formal digunakan jauh lebih banyak (59%) daripada strategi lainnya, yang masing-masing hanya 25 %. Dalam prinsip perlindungan, digunakan strategi bervariasi, yakni strategi formal, kontekstual, strategi formal-kontekstual, formal-kontekstual-tindak tutur tak langsung, dan kontekstual-tindak tutur tak langsung. Meskipun strategi kontekstual paling banyak (44,4%) digunakan daripada strategi lainnya, yang masing-masing 33,3% dan 22,2%, perbedaan di antaranya tidak ekstrim.
Dalam prinsip pembebasan, strategi yang digunakan tidak banyak, hanya strategi formal dan kontekstual dengan frekuensi penggunaan sama.
Collections
- LRR-Hibah Fundamental [144]